1.
Pengertian Pemahaman Diri
Pemahaman diri banyak
diperbincangkan oleh banyak orang dan setiap orang mengartikan pemahaman diri
menurut cara pandang mereka masing-masing.
Maslow menyebutnya personal
meaning yang dimuat Kira pada yahoo answer menggambarkan bahwa
meaning dialami dari aktualisasi diri, individu yang termotivasi untuk
mengetahui alasan atau maksud dari keberadaan dirinya. Ia juga mengatakan bahwa
setiap individu memiliki dorongan untuk memenuhi kebutuhannya dari yang
sederhana sampai kebutuhan yang kompleks. Aktualisasi diri adalah pencapaian
suatu potensi terbesar dalam diri, menjadi yang terbaik yang dapat
dilakukannya, dan mencapai tujuan hidup dirinya.
Selalin itu
Baumeister mengatakan bahwa meaning mengandung beberapa bagian kepercayaan
yang saling berhubungan antara benda, kejadian dan hubungan. Baumeister
menekankan bahwa meaning pada akhirnya memberikan arahan, intensi pada
setiap individu, di mana perilaku menjadi memiliki tujuan , daripada hanya
berperilaku berdasarkan insting atau impuls.
Menurut Reker yang di
tulis oleh Maria Antoinete pada blog http://rumahbelajarpsikologi.com, menjelaskan bahwa orang yang memahami
diri adalah mereka yang memiliki tujuan hidup, memiliki arah, rasa memiliki
kewajiban dan alasan untuk ada (eksis), identitas diri yang jelas dan kesadaran
sosial yang tinggi.
Pemahaman diri adalah
suatu cara untuk memahami, menaksir karakteristik, potensi dan atau masalah
(gangguan) yang ada pada individu atau sekelompok individu (buku ajar-pemahaman
individu teknik.non.html).
Menurut Santrock,
Pemahaman diri (self – Understanding) adalah gambaran kognitif remaja
mengenai dirinya, dasar, dan isi dari konsep diri remaja (http://tizarrahmawan.wordpress.com)
Menurut Hartono (2010: 209) pemahaman
diri siswa SMA adalah pengenalan secara mendalam atas potensi-potensi dirinya
yang mencakup ranah minat, abilitas, kepribadian, nilai dan sikap yang mana
pengenalan siswa atas pribadinya sendiri mencakup dua sisi yaitu pengenalan
siswa atas keunggulannya dan pengenalan siswa atas kekurangannya sendiri.
Kekuatan merupakan seperangkat kemampuan yang dimiliki siswa baik yang bersifat
potensial maupun aktual. Kekuatan siswa menggambarkan keunggulan, kehebatan
pribadi siswa, sedang kekurangan siswa adalah sejumlah keterbatasan yang
dimiliki siswa. Kekurangan siswa menggambarkan ketidak mampuan siswa yang
menjadi hambatan siswa dalam meraih cita-cita.
Dalam modul layanan informasi tentang pemahaman diri
yang disusun oleh tim konselor RSMABI Jawa Tengah pada workshop penyusunan
modul RSMABI Jawa Tengah tanggal 6 s/d 9 Nopember 2009 menggambarkan bahwa
pengelan terhadap diri sendiri merupakan kemampuan seseorang dalam mengeksplorasi
potensi diri sendiri yang terdiri dari potensi fisik dan potensi psikis.
Potensi psikis yaitu kelebihan pada anggota badan, panca indera beserta kekuatan/
kualitasnya, sedangkan potensi psikis yaitu seluruh kemampuaqn
dan kekuatan yang dimiliki seseorang yang berkaitan dengan
kemampuan kejiwaan antara lain : intelektual(IQ), bakat, minat, dan sifat,
ciri-ciri kepribadian.
Sumber lain, dalam materi
kuliah perencanaaan karier yang susun di
Universitas Negeri Malang (UM) jurusan Bimbingan Konseling dan Psikologi
menyatakan tujuan materi pemahaman diri adalah membantu siswa mengeksplorasi
kemampuan/ bakat, miatnya, nilai-nilai kepribadian dan kemampuan emosioalnya
dalam rangka memahami diri dalam kaitannya dengan memasuki dunia kerja.
Dari uraian diatas
penulis menyimpulkan bahwa pemahaman diri adalah suatu situasi
yang dialami individu dimana seseorang mengenal tentang potensinya baik potensi fisik maupun potensi
psikisya sehingga individu memahami arah dan tujuan hidupnya atau cita-cita.
Potensi fisik yaitu sejumlah kemampuan yang ada pada anggota badan dan panca
indra individu sedangkan potensi psikis individu mencakup minat,
abilitas, kepribadian, nilai dan sikap.
Pemahaman yang dimaksudkan disini tidak hanya terbatas pada pengenalan siswa
atas keunggulannya saja tetapi juga mencakup pengelan siswa atas kekurangan
yang ada dalam diri.
2.
Tujuan Pemahaman Diri
Pemahaman diri
merupakan aspek penting bagi siswa SMA. Siswa yang memahamai diri lebih
memiliki peluang yang besar dalam meraih cita-cita dari pada siswa yang belum
mengenal dengan baik akan diri mereka sendiri, karena mereka yang memahami diri
telah memahi kemampun, minat, kepribadian, dan nilai termasuk kelebihan dan
kekurangan yang ada dalam diri mereka sehingga mereka memiliki arah dan tujuan
hidup yang realistis dimana mereka memilliki cita-cita yang sesuai dengan
potensi diri.
Menurut Muhamat Farid
(http://tizarrahmawan.wordpress.com) ketika seseorang mengetahui kondisi
dan gambaran tentang dirinya maka dia akan dapat menjalani hidupnya dengan
nyaman dan juga memiliki rasa percaya diri yang kuat karena sudah memiliki
pandangan diri yang jelas.
Dalam materi kuliah
yang disusun di Universitas Negeri Malang dengan materi pemahaman diri
ditujukan agar siswa mampu mempersiapkan diri dalam memasuki dunia kerja,
sehingga dapat mencapai kesuksesan dalam karier.
Pemahaman diri atau
disebut knowing yourself oleh Levinson, Ohler, Caswell dan Kiewra merupakan
aspek penting dalam pengambilan keputusan ( dalam Hartono, 2010: 61)
selanjutnya kemampuan siswa dalam pengambilan keputusan karier merupakan wujud
nyata dari kematangan perkembangan karier siswa. Sedangkan kematanngan karier
menurut Super ( dalam Hartono, 2010: 63) memilki enam dimensi, yaitu; (1)
dimensi membuat pilihan karier, (2) dimensi kompetensi khusus tentang mencari
informasi karier dan keterampilan-keterampilan membuat perencanaan karier, (3)
dimensi konsistensi pilihan-pilihan, (4) dimensi pengenbangan konsep diri, (5)
dimensi kebebasan membuaat keputusan karier, dan (6) dimensi konsistensi
membuat pilihan yang realistis berdasarkan tujuan pribadi.
Dari uraian di atas
penulis menyimpulkan bahwa tujuan pemahaman diri bagi siswa adalah:
a.
Mampu mengeksplorasi potensi diri mereka yang mencakup: minat, abilitas, dan
cita-cita sehingga individu dapat merencanakan karier yang sesuai dengan potensi
diri.
b. Siswa
bisa mempersiapkan diri dengan baik dalam memasuki dunia kerja. Dengan
persiapan yang matang individu dapat mencapai kesuksesan dalam berkarier.
c.
Siswa mencapai kematangan dalam perkembangan karier
d. Siswa
mampu mengambil keputusan karier secara mandiri
3.
Ciri-ciri Siswa yang Memahami Dirinya
Siswa SMA merupakan
usia dimana seseorang mencapai kematangan kariernya. Kematangan karier bagi
siswa terbukti bila mereka mampu mengambil keputusan karier secara mandiri,
dimana kemandirian itu tidak pernah terlepas dari pengaruh pemahaman diri
siswa.
Menurut Bastaman (dalamhttp://rumahbelajarpsikologi.com) menjelaskan dalam diri seseorang yang
memahami diri terjadi meningkatnya kesadaran atas buruknya kondisi diri pada
saat ini dan keinginan kuat untuk melakukan perubahan kearah kondisi yang lebih
baik.
Almond (dalam http://rumahbelajarpsikologi.com) mereka yang memahami diri yaitu; (1).
Orang yang percaya bahwa hidupnya bermakna , secara positif pasti meyakini
konsep-konsep tertentu, seperti humanistik, religiusitas, atau idiosyncratic
yang berhubungan dengan makna kehidupan, (2). Konsep meaning yang mereka
yakini, memunculkan kekonsistensian mereka untuk mencapai arah dan tujuan hidup
mereka, (3). Orang yang percaya bahwa hidup mereka bermakna , entah hidup
mereka sudah bermakna atau mereka yang masih berusaha mencapai tujuan hidupnya,
(4). Dalam proses mencapai tujuan hidup yang mereka buat, dalam diri seseorang
, akan muncul perasaan signifikan pada diri mereka sendiri dan rasa bangga
terhadap kehidupan mereka.
Muhamat Farid, dalam
tesisnya yang dimuat pada blog http://eprints.uny.ac.id menjelaskan bahwa ketika seseorang
mengetahui kondisi dan gambaran tentang dirinya maka dia akan dapat menjalani
hidupnya dengan nyaman dan juga memiliki rasa percaya diri yang kuat karena
sudah memiliki pandangan diri yang jelas.
Dalam sumber yang sama dijelaskan juga bahwa percaya diri terkait dengan (1) self-concept
yaitu bagaiman Anda menyimpulkan diri anda secara keseluruhan, bagaimana Anda
melihat potret diri Anda secara keseluruhan, bagaimana Anda mengkonsepsikan
diri anda secara keseluruhan, (2). Self-esteem: sejauh mana Anda punya
perasaan positif terhadap diri Anda, sejauhmana Anda punya sesuatu yang Anda
rasakan bernilai atau berharga dari diri Anda, sejauh mana Anda meyakini adanya
sesuatu yang bernilai, bermartabat atau berharga di dalam diri Anda, (3). Self-
efficacy: sejauh mana Anda punya keyakinan atas kapasitas yang Anda miliki
untuk bisa menjalankan tugas atau menangani persoalan dengan hasil yang bagus
(to succeed). Ini yang disebut dengan general Self-efficacy atau sejauhmana
Anda meyakini kapasitas anda di bidang anda dalam menangani urusan tertentu.
Ini yang disebut dengan specific self-efficacy, (4). Self-confidence;
sejauhmana Anda punya keyakinan terhadap penilaian Anda atas kemampuan Anda dan
sejauh mana Anda bisa merasakan adanya “kepantasan” untuk berhasil. Self
confidence itu adalah kombinasi dari self esteem dan self-efficacy.
Rahmat Arif Gunawan
menjelaskan dalam blognya http://www.primagamasunterjaya.com bahwa sebuah perjuangan besar yang
harus dilalui seseorang dalam kehidupan adalah memahami diri, dengan memahami
seseorang akan mampu mencapi kesuksesan. Menurutnya pemahaman diri bias dicapai
dengan jalan berfikir positif dan memiliki kebiasaan yang efektif.
Dari uraian-uraian
diatas penulis dapat menyimpulkan siswa yang memahami diri memiliki ciri-ciri
sebagai berikut;
a. Percaya diri
Dalam kamus istilah
Bimbingan dan konseling yang ditulis Thantaway (http://belajarpsikologi.com) percaya diri adalah kondisi mental atau psikologis
diri seseorang yang memberi keyakinan kuat pada dirinya untuk berbuat atau
melakukan sesuatu tindakan.
Menurut Hakim (http://eprints.uny.ac.id)
rasa percaya diri yaitu suatu keyakinan seseorang terhadap segala aspek
kelebihan yang dimilikinya dan keyakinan tersebut membuatnya merasa mampu untuk
bisa mencapai berbagai tujuan di dalam hidupnya. Jadi, dapat dikatakan bahwa seseorang
yang memiliki kepercayaan diri akan optimis di dalam melakukan semua
aktivitasnya, dan mempunyai tujuan yang realistik, artinya individu tersebut
akan membuat tujuan hidup yang mampu untuk dilakukan, sehingga apa yang
direncanakan akan dilakukan dengan keyakinan akan berhasil atau akan mencapai
tujuan yang telah ditetapkannya.
Hakim juga
mengemukakan cirri individu yang percaya diri sebagai berikut:
1) Selalu
bersikap tenang di dalam mengerjakan segala sesuatu;
2)
Mempunyai potensi dan kemampuan yang memadai;
3) Mampu
menetralisasi ketegangan yang muncul di dalam berbagai situasi.
4) Mampu
menyesuaikan diri dan berkomunikasi di berbagai situasi;
5)
Memiliki kondisi mental dan fisik yang cukup menunjang penampilannya;
6)
Memiliki kecerdasan yang cukup;
7)
Memiliki tingkat pendidikan formal yang cukup;
8)
Memiliki keahlian atau keterampilan lain yang menunjang kehidupannya, misalnya
ketrampilan berbahasa asing;
9)
Memiliki kemampuan bersosialisasi;
10) Memiliki latar belakang
pendidikan keluarga yang baik;
11) Memiliki pengalaman hidup
yang menempa mentalnya menjadi kuat dan tahan di dalam menghadapi berbagai
cobaan hidup;
12) Selalu bereaksi positif di
dalam menghadapi berbagai masalah, misalnya dengan tetap tegar, sabar, dan
tabah dalam menghadapi persoalan hidup.
b. Befikir positif, dengan
cirri sebagai berikut:
1)
melihat masalah sebagai tantangan
2)
menikmati hidupnya
3)
pikiran terbuka untuk menerima saran dan ide
4)
mengenyahkan pikiran negatif segeraa setelah melintas di pikiran
5)
mensyukuri apa yang dimilikinya, bukan berkeluh kesah.
6)
tidak mendengarkan gosip dan isu yang tidak tentu
7)
Tidak banyak “excuse”, langsung action.
8)
Menggunakan bahasa positif, optimis.
9)
Menggunakan bahasa tubuh yang positif
10)
peduli pada citra diri sendiri
c. Memiliki kebiasaan
yang efektif, dengan cirri sebagai berikut:
1)
Menjadi proaktif
2)
Merujuk pada tujuan akhir
3)
Mendahulukan yang utama
4)
Berpikir dan bertindak menang-menang
5)
Berusaha mengerti terlebih dahulu baru dimengerti
6)
Mewujudkan sinergi
7)
Melakukan evaluasi
4.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemahaman Diri Siswa
Pemahaman diri
(minat, abilitas, kepribadian, nilai-nilai dan sikap, kelebihan dan kekurangan)
di pengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang
turut mempengaruhi pemahaman diri ditentukan oleh diri terbuka dan tertutup.
Kepribadian yang terbuka berkonstribusi positif terhadap pemahaman diri,
sedangkan kepribadian yang tertutup adalah faktor penghambat dalam pemahaman
diri. Faktor eksternal (lingkungan) yang mempengaruhi pemahaman diri antara
lain, lingkungan keluarga, teman sebaya, dan sekolah.
Menurut Hurlock (http://eprints.uny.ac.id) masa remaja dikatakan sebagai masa
transisi karena belum mempunyai pegangan, sementara kepribadianya masih
menglami suatu perkembangan, remaja masih belum mampu untuk menguasai
fungsi-fungsi fisiknya. Remaja masih labil dan mudah terpengaruh oleh
lingkungan sekitarnya. Remaja sebagai bagian dari generasi penerus yang menjadi
tonggak sebagai individu yang bermakna pada hari kemudian diharapkan juga
memiliki pemahaman tentang diri yang benar, hal tersebut sangat diperlukan bagi
setiap orang dalam menjalani kehidupannya, sehingga di peroleh suatu gambaran
yang jelas tentang dirinya dan supaya sremaja bias menjalankan apa yang sudah
didapatkannya.
Pada kesempatan ini
penulis lebih menekan pada pengaruh lingkungan sekolah terhadap pemahaman diri
siswa terletak pada peran kepala sekolah, sataf administrasi, guru mata
pelajaran, dan peran konselor sekolah dalam melaksanakan program bimbingan dan
konseling. Program bimbingan yang dilaksanakan oleh konselor sekolah mencakup
empat bidang antara lain; bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan karier,
dan bimbingan belajar. Untuk mewujudkan tujuan bimbingan di sekolah, konselor
perlu melaksanakan berbagai kegiatan layanan bantuan dimana salah satunya
adalah layanan informasi.
Pemahaman diri siswa
SMA di pengaruhi oleh pelaksanaan layanan informasi dalam bidang bimbingan
karier, yang mana materi dalam pemberian informasi kepada siswa mencakup,
potensi diri (minat, abilitas, nilai-nilai dan sikap) serta kekuatan atau
kelebihan dan kekurangan/ kelemahan diri.
1.
Pengertian Pemahaman Diri
Pemahaman Diri upaya yang dilakukan
oleh seseorang untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan yang ada pada diri
sendiri. “Who am I ?” artinya siapa saya ?. Pertanyaan itu sangatlah sederhana,
tetapi mungkin memerlukan jawaban yang mendalam, karena banyak aspek yang harus
diungkap. Aspek-aspek tersebut baik yang menyangkut kelebihan maupun
kekurangannya, yang meliputi aspek : fisik, psikis, minat, bakat, cita-cita,
kebutuhan-kebutuhan pokok serta gaya hidup yang diinginkan.
Manusia diciptakan oleh Allah SWT
sebagai makhluk yang paling sempurna juga sebagai makhluk yang unik. Dikatakan
sebagai makhluk paling sempurna karena manusia diberikan akal dan pikiran yang
dinamis untuk selalu berkembang,berinovasi sekuat tenaga. Sedangkan makhluk
hidup lainnya seperti hewan,tumbuhan secara kodrati seperti rutinitas dalam
hidupnya yaitu makan,minum,beranak..siklus mereka hanya begitu saja.
Manusia dikatakan sebagai makhluk yang
unik karena antara yang satu dengan lainnya berbeda. Bahkan bayi kembar berapun
jumlahnya, mereka mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Itulah kebesaran
Allah SWT sebagai sang Khaliq. Oleh karena itu kegiatan memahami diri merupakan
suatu hal yang sangat penting bagi setiap insan dalam mencapai kesuksesan
hidup.
Semakin banyak individu mampu mengenali
dirinya, maka ia semakin dalam untuk menyenangi dirinya sendiri. Ia juga dapat
memahami perasaannya dan juga memahami berbagai alasan pentingnya sesuatu bagi
dirinya. Kegiatan memahami diri adalah berusaha mencermati diri secara
keseluruhan, bukan hanya sekedar kemampuan dan ketidak mampuan dalam melakukan
sesuatu.
ASPEK –ASPEK YANG HARUS DIPAHAMI
INDIVIDU
1. ASPEK
FISIK
2.
ASPEK PSIKIS
3.
ASPEK MINAT
4.
ASPEK BAKAT
5.
ASPEK CITA-CITA
6.
ASPEK KEPRIBADIAN
7.
ASPEK KEBUTUHAN-KEBUTUHAN POKOK
8.
ASPEK GAYA HIDUP YG DIINGINKAN
1. Aspek
Fisik, seluruh anggota badan individu termasuk bagian-bagiannya. Artinya
individu harus mengenali dan memahami kondisi jasmaniahnya dengan segala
potensinya. Apakah kondisi jasmani semua sehat ? Apakah kondisi jasmaniahnya
normal dan sebagainya. Hal ini penting agar individu mampu mengambil keputusan
dengan tepat dan mampu menyikapi hidup ini dengan benar.
2. Aspek
Psikis, adalah yang berhubungan dengan kondisi kejiwaan individu.Bagaimana
kecerdasannya, bagaimana emosinya.Sehingga individu mampu menyikapi
pilihan-pilihan karir dan masa depan juga mampu menempatkan dirinya dalam
berhubungan dengan orang lain
3. Aspek
Minat. Minat adalah rasa tertarik yang kuat terhadap obyek tertentu. Hal
ini penting untuk dipahami individu,karena dengan adanya minat yang kuat
terhadap obyek pilihan maka prestasi, keberhasilan yang diharapkan mudah
tercapai demikian juga sebaliknya. Oleh karena itu perlu penanaman minat
terhadap diri individu terhadap berbagai obyek positif,sehingga timbul rasa
menyenangi dengan motivasi tinggi.
4. Aspek
Bakat. Bakat adalah kemampuan yang dibawa oleh seseorang sejak lahir dan
bersifat menurun ( genetik ). Pentingnya individu memahami bakat ini adalah
agar individu mampu mengembangkan dirinya secara optimal. Bakat akan cepat
berkembang dengan baik apabila ditunjang dengan sarana dan prasarana. Oleh
karena itu peran semua masyarakat untuk memberi wadah penyaluran bakat-bakat
terpendam positif sehingga memunculkan putra-putri berbakan di tanah air kita.
5. Aspek
Cita-cita. Cita-cita adalah gambaran diri yang ada pada diri seseorang. Ada
yang menyebut “Potret Diri” seseorang. Artinya apabila individu mengatakan
dengan lisan, misalnya : “Cita-cita saya ingin menjadi TNI/POLRI”. Individu
harus memahami apakah dirinya sudah memiliki potret diri menjadi seorang
TNI/POLRI..Sudah tergambarkah secara keseluruhan dalam diri individu kriteria ,
syarat-syarat dan sebagainya yang mutlak harus dipenuhi untuk bisa menjadi
anggota TNI/POLRI. Hal ini penting untuk dipahami dengan cermat gambaran
dirinya,sehingga ia benar-benar mampu dan dapat memilih karir sesuai dengan
cita-citanya.
6. Aspek
Kebutuhan-kebutuhan Pokok
Hal ini penting juga untuk dipahami
oleh individu,kebutuhan-kebutuhan pokok seperti apa yang diinginkan dalam
menjalani kehidupan ini. Apakah hidup ini hanya untuk makan atau makan untuk
hidup.Apakah individu hanya menginginkan kebutuhan jasmani saja, atau individu
disamping perlu kebutuhan-kebutuhan untuk jasmani,juga memerlukan kebutuhan
bathin, dan sebagainya. Misalnya : makan,minum,keamanan, kasih sayang,
rekreasi,aktualisasi diri,sosialisasi,dan sebagainya. Oleh karena itu individu
perlu menentukan kebutuhan-kebutuhan pokok seperti apa yang diinginkan dalam
hidup ini.
7. Aspek
Gaya Hidup
Gaya hidup yang diinginkan oleh
masing-masing orang berbeda antara satu dengan lainnya. Ada yang ingin bergaya
hidup elite, ada yang ingin bergaya hidup biasa-biasa saja atau bergaya hidup
sederhana. Oleh karena itu gaya hidup atau “life style”,ini perlu
dipahami dengan benar. Individu hendaknya menyesuaikan dengan
kemampuannya,sehingga dalam menyikapi hidup ini tidak diperbudak oleh hawa
nafsunya.Ketrampilan, kerja keras, pengalaman dan sebagainya akan mempermudah
untuk memutuskan gaya hidup seseorang.
http://maritayin.blogspot.com/2012/11/pemahaman-diri.html
2.1 Membuka Diri
2.1.1 Arti dan Pentingnya
Membuka Diri
Sebagian besar kegiatan komunikasi antar pribadi selalu dimulai
dengan kontak disusul dengan interaksi, lalu komunikasi dan terakhir transaksi
pesan. Membuka diri adalah awal dari kontak antarpribadi (Alo Liliweri, 2002).
Menurut Johnson (dalam Supratiknya, 1995) Pembukaan diri atau
self-disclosure adalah mengungkapkan reaksi atau tanggapan kita terhadap
situasi yang sedang kita hadapi serta memberikan informasi tentang masa lalu
atau yang berguna untuk memahami tanggapan kita dimasa kini tersebut. Tanggapan
terhadap orang lain atau terhadap kejadian tertentu lebih melibatkan perasaan.
Membuka diri berarti membagikan kepada orang lain perasaan kita terhadap
sesuatu yang telah dikatakan atau dilakukannya, atau perasaan kita terhadap
kejadian-kejadian yang baru saja kita saksikan.
Menurut Johnson (dalam Supratiknya, 1995) pembukaan diri memiliki
dua sisi, yaitu bersikap terbuka terhadap orang lain dan bersikap terbuka bagi
yang lain. Kedua proses yang bisa berlangsung secara serentak itu apabila
terjadi pada kedua belah pihak akan membuahkan relasi yang terbuka antara kita
dan orang lain.
2.1.2 Manfaat Membuka Diri
Menurut Johnson (dalam Supratiknya, 1995) beberapa dampak dan
manfaat pembukaan diri terhadap hubungan antar pribadi adalah sebagai berikut:
1) Pembukaan diri merupakan dasar bagi
hubungan yang sehat antara dua orang.
2) Semakin kita bersikap terbuka
kepada orang lain, semakin orang lain tersebut akan menyukai diri kita. Akibatnya,
Ia akan semakin membuka diri terhadap diri kita.
3) Orang yang rela membuka diri kepada
orang lain terbukti cenderung memiliki sifat : terbuka, kompeten, ekstrover,
fleksibel, adaptif dan intelegen.
4) Pembukaan diri merupakan dasar
relasi komunikasi intim dengan diri sendiri dan orang lain
5) Membuka diri berarti bersikap
realistis. Maka pembukaan diri harus jujur, tulus, dan autentik.
Sedangkan Nilam Widyarini (2009: 102-103) mengemukakan keterbukaaan
diri memiliki manfaat bagi masing-masing individu maupun bagi hubungan antara
kedua belah pihak. Dengan membuka diri dan membalas keterbukaan kita dapat
meningkatkan hubungan dengan orang lain. Secara rinci manfaatnya adalah:
1) Meringankan
Berbagi dengan orang lain mengenai diri atau persoalan yang kita
hadapi, dapat memberikan kondisi psikologis yang meringankan. Contohnya cerita
tentang ketidakmampuan menghadapi ujian atau berakhirnya hubungan dengan
seseorang. Bagaimana kita mengatasi hal itu? Bagaimana pandangan orang lain? Dengan
membuka diri kita memperolah tambahan perspektif yang membantu diri sendiri.
2) Membantu Validasi (menguji
ketepatan) persepsi terhadap realita.
Dengan sudut pandang sendiri kita mungkin cendrung menggunakan
ukuran yang idealis menurut diri sendiri. Bila kita mengkomunikasikan hal
tersebut dengan seseorang yang tepat (yang memberikan simpati, suportif, dpat
dipercaya, dan pendengar yang baik), kita tidak hanya mendapatkan persetujuan,
tetapi juga informasi yang diperlukan untuk lebih memahami diri sendiri, yang
kita perlukan agar memahami dunia secara lebih realistis.
3) Mengurangi ketegangan dan stress
Bila kita menghadapi tegangan dan stress karena suatu hal bila tidak
diungkapkan akan berkembang menjadi eksplosif (mudah meledak). Sebaliknya bila
diungkapkan kepada orang lain kita akan menemukan jalan keluar. Andaikan tidak
mendapatkan jalan keluar, setidaknya lebih ringan karena kita merasa tidak
sendirian.
4) Meringankan Fisik
Terdapat keterkaitan antara pikiran dengan sistem tubuh kita. Adanya
pengaruh positif pada pikiran (akibat dari pengungkapan diri) berakibat pada
fisik. Berbagi atau mengungkapkan diri dengan orang lain, membuat stress kita
berkurang, kecemasan berkurang, dan meredakan pula detak jantung dan tekanan
darah. Dengan kata lain pengungkapan diri dapat berpengaruh positif terhadap
kesehatan fisik selain emosi.
5) Alur komunikasi yang lebih jelas
Dengan menunjukkan keinginan untuk membuka diri terhadap orang lain,
dan menghargai pengungkapan diri orang lain, berarti kita meningkatkan
kemampuan untuk memahami sudut pandang atau perspektif yang berbeda. Dengan
demikian kita akan lebih percaya diri untuk mengklarifikasi niat-niat atau
makna-makna dari orang lain
6) Mempererat hubungan
Keterbukaan mengembangkan rasa senang yang semakin meningkatkan
keterbukaan dan berakibat makin kuatnya rasa senang. Tanpa pengungkapan diri
tingkat keeratan hubungan dan kepercayaan berada pada level rendah. Dengan
keterbukaan dihasilkan kepercayaan, dan dengan kepercayaan dihasilakan kerja
sama.
2.1.3 Kendala/Hambatan
dalam Membuka Diri
Tidak semua orang memiliki keberanian membuka diri dalam menjalin
sebuah hubungan dengan orang lain atau pertemanan. Membuka diri merupakan
langkah awal yang sangat penting. Tanpa adanya keberanian membuka diri, tidak
akan terjadi proses saling berbicara-mendengarkan, yang merupakan tindakan
nyata yang dilakukan oleh orang-orang dalam menjalin hubungan dengan orang lain
(persahabatan). Tanpa keterbukaan diri, hubungan yang dikembangkan dengan orang
lain merupakan hubungan superficial (Nilam Widyarini, 2009).
Hubungan yang secara merupakan cirri khas yang ada dalam jalinan
pertemanan atau hubungan dengan orang lain. Apabila seseorang mengalami
hambatan untuk membuka diri, terdapat dua kemungkinan penyebab hambatan
tersebut. Pertama, hambatan itu mungkin sekali disebabkan perasaan tertekan,
marasa tidak berharga, dan takut mendapatkan respon yang kurang positif. Kedua,
mingkin orang tersebut merasa berbeda dengan orang lain, karena pola pikirnya
yang berbeda, lebih canggih atau lebih rumit, sehingga orang lain dianggap
kurang memahami (Nilam Widyarini, 2009).
2.1.4 Ketrampilan Membuka Diri
2.1.4.1 Rambu-Rambu Dalam Pengungkapan Diri
Menurut Nilam Widyarini (2009: 100-102) ada rambu-rambu dalam pengungkapan
diri agar hubungan menjadi efektif. Rambu-rambu tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1) Lebih mengungkapkan perasaan dari
pada fakta
Bila kita mengungkapkan perasaan kita terhadap orang lain, berate
kita mengizinkan orang lain mengenali siapa kita sebenarnya. Contoh informasi
bagaimana kita mengembangkan hubungan dengan sauadara-saudari kita membuat
orang lain memahami kita dari pada sekedar memberikan informasi bahwa kita
memiliki saudara.
2) Semakin diperluas dan diperdalam
Mungkin kita masih mempunyai perasaan tidak nyaman berbagi
pengalaman dengan seseorang yang seharusnya dekat denga kita. Untuk itu
diperlukan pegembangan hubungan kearah yang lebih dalam (lebih mengungkapkan
perasaan terhadap isu tertentu) dan diperluas (dengan mendiskusikan berbagai
isu seperti pekerjaan, keluarga, religious, dan sebagainya.
3) Fokus pada masa kini bukan masa
lampau
Bila berbagai pengalaman soal masa lalu menjelaskan kenapa dulu kita
melakukan tindakan tertentu adalah bersifat katarsis (melepaskan ketegangan)
tetapi dapat meninggalkan perasaan bahwa kita lemah. Hal ini terjadi terutama
bila keterbukaan tidak berlangsung timbale balik. Jadi lebih baik kita focus
pada situasi sekarang.
4) Timbal balik
Kita harus selalu mencocokkan tingkat keterbukaan kita dengan
keterbukaan orang yang kita jumpai. Hati-hati jangan terlalu dini membuka diri,
sebelum melewati masa-masa pengembangan hubungan yang familier. Disisi lain
bila diperlukan, tidak perlu meninggu orang membuka diri. Jangan takut memulai
langkah penting menjalin hubungan. Berikan contoh dan orang lain akan
menyesuaikan diri . Bila orang tidak merespon secara seimbang hentikan langkah
tersebut..
2.1.4.2 Kiat Memberikan Umpan Balik
Menurut Johnson (1981) umpan balik dari orang lain
yang kita percaya memang dapat meningkatkan pemahaman diri kita, yakni
membuat kita sadar pada aspek-aspek diri serta konsekuensi-konsekuensi perilaku
kita yang tidak pernah kita sadari sebelumnya (Supratiknya, 2004)
Tujuan umpan balik adalah memberikan informasi, konstruktif untuk
menolong kita menyadari bagaimana perilaku kita dipersepsikan oleh orang lain
dan mempengaruhinya. Umpan balik yang paling bermanfaat adalah umpan balik yang
mampu menunjukkan kepada kita bahwa perilaku kita tidak atau belum seefektif
sebagaimana kita harapkan, sehingga kita dapat mengubahnya agar lebih efektif.
Sangat penting diperhatikan agar kita memberikan umpan balik jangan sampai
bersifat menyerang atau menyinggung perasaan si penerima, sebab hal itu akan
membuatnya defenisif, atau menutup diri.
Johnson (dalam Supratiknya, 2004: 21-22) memberikan beberapa kiat
untuk memberikan umpan balik yang tidak bersifat mengancam, sebagai berikut:
Pertama, sebaiknya umpan balik kita
arahkan pada perilaku, bukan pada pribadi perilakunya. Kita menunjuk pada apa
yang telah dilakukan seseorang, bukan menilaki kepribadiannya.
Kedua, sebaiknya umpan balik kita
ungkapkan dalam bentuk deskripsi atau pelukisan, bukan dalam bentuk penilaian.
Kita menunjuk pada peristiwa pada nyata terjadi, bukan menilai baik buruknya.
Ketiga, sebaiknya umpan balik kita
pusatkan pada perilaku dalam situasi spesifik tertentu, bukan pada perilaku
yang abstrak. Perbuata orang senantiasa terkait pada saat dan tempat tertantu.
Hanya umpan balik yang mengkaitkan perilaku pada situasi pada situasi spesifik
tertentu dan diberikan segera sesudah perilaku yang dimaksud terjadi, akan
meningkatkan pemahaman diri perilakunya.
Keempat, sebaiknya umpan balik
diberikan segera, tidak ditunda-tunda. Semakin ditunda semakin kurang manfaatnya.
Kelima, sebaiknya umpan balik kita
sampaikan dalam bentuk upaya berbagi perasaan, bukan dalam bentuk nasehat atau
petuah.
Keenam, sebaiknya kita tidak memaksakan
umpan balik kepada orang lain. Umpan balik harus mengabdi pada kepentingan
penerima, buka kemauan si pemberi.
Ketujuh, sebaiknya umpan balik jangan
di brondongkan sampai melebihi batas kemampuan penerima untuk mencamkannya.
Lewat umpan balik kita bermaksud menolong si penerima, bukan memuaskan hasrat
pribadikita untuk member petuah kepada orang lain.
Kedelapan, sebaiknya umpan balik kita
arahkan pada perbuatan yang dapat diubah oleh orang yang bersangkutan, bukan
pada ciri sifat yang apa boleh buat, harus diterimanya.
Akhirnya harus disadari bahwa member dan menerima umpan balik
menuntut keberanian, keterampilan, pengertian, penghargaan baik terhadap diri
sendiri baik terhadap orang lain, serta rasa terlibat. Tujuan umpan balik
adalah meningkatkan pemahaman diri orang lain serat perasaan bahwa dirinya
disintai, dihargai, bahwa dirinya mampu dan berharga.
DAFTAR PUSTAKA
Liliweri, Alo. (2002). Makna Budaya dalam Komunikasi Antar
Budaya. Yogjakarta: Lkis Yogjakarta.
Supratiknya, A. (2004). Komunikasi Antar Pribadi (Tinjaun
Psikologis). Yogjakarta: Kanisius
Widyarini, Nilam. (2009). Kunci Pengembangan Diri. Jakarta:
PT Elex Media Komputindo
Widyarini, Nilam. (2009). Membangun Hubungan dengan Manusia.
Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
http://binham.wordpress.com/2012/01/24/kesadaran-diri/Kritik dan Sarannya silakan
0 comments:
Post a Comment