Tuesday, 29 January 2013

TEORI TATA SURYA




https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjLY9kQH-i22fgAZbqhFeMNe1AHRvKvwJDAG90wgdfN2ba6M5ct93SA6oA1iKDQuVQ0teYPGEn8p59mFm5Q89_4padfQnLGF72SqCmIZItpsoAGLsCb425WDI6JXjHosfH_EgvZj_3sLfH7/s320/OuterRim.jpg
Tata surya merupakan susunan benda langit ( planet, komet, meteor, asteroid, bintang, dsb) yang mengelilingi matahari. Tata surya tersebut hanyalah satu dari jutaan bintang yang tergabung dalam kelompok bintang yang dikenal dengan nama galaksi.
  1. Teori Kabut atau teori Nebula
Immanuel Kant, seorang filsafat jerman membuat suatu hipotesis tentang terjadinya tata surya. Ia mengatakan bahwa dijagat raya mula-mula tredapat gumpalan kabut atau nebula yang berputar perlahan – lahan. Oleh karena perputarannya sangat lambat, nebula mulai menyusut sehingga membentuk sebuah cakram datar ditengah-tengahnya. Penyusutan berlanjut dan membentuk matahari dipusat cakram. Penyusutan mengakibatkan cakram berputan dengan cepat sehingga bagian tepi cakram terlepas membentuka gelang-gelang bahan , yang kemudian memedat mendaji planet-planet yang berevolusi dalam orbit hampir melingkar mengitari matahari.
Pada waktu yang hampir bersamaan, seorang ahkli fisika Prancis, Pierre Simon de Laplace mengemukakan teori yang hampir sama. Ia megatakan bahwa tata surya berasal dari kabut panas yang berpilin. Pilinan tersebut berupa gumpalan kabut yang membentuk bulatan seperti bola besar. Semakin kecil bola itu, pilinannya semakin cepat sehingga bentuk bola itu menepat pada kutubnya dan melebar dibagian ekuatornya. Kemudian sebagian massa gas diekuatornya itu menjauh dari gumpalan intinya membentuk gelang-gelang yang akhirnya berubah menjadi gumpalan padat. Gumpalan padat itulah yang menjadi planet dan satelitnya sedangkan bagian inti kabut tetap brebentuk yang berpijar yang disebut dnegan matahari.
  1. Teori Planetesimal
Thomas C . Chamberlin seorang ahli geologi dan Forest R Moulton seorang ahli astronomi mengemukakan teori yang dikenal dengan teori planetesimal yang berarti planet kecil. Teori ini menyatakan bahwa matahari telah ada sebagai salah satu dari bintang. Suatu saat matahari berpapasan dengan sebuah bintang dengan jarak yang tidak terlalu jauh shingga terjadi peristiwa pasang naik pada permukaan matahari maupun bintang itu, serta bagian dari massa matahari tertarik kearah bintang. Pada waktu bintang tersebut menjauh, sebagian dari massa matahari jatuh kembali ke permukaan mathari dan sebagian lagi terhambur keluar angkasa disekitar matahari. Hal inilah yang dinamakan planetesimal yang kemudian menjadi planet-planet yang beredar mengelilingi orbitnya.
  1. Teori bintang kembar
Menurut teori ini, matahari mungkin merupakan bintang kembar. Kemudian bintang yang satu meledak menjadi kepingan-kepingan. Akibat pengaruh gaya gravitasi bintang lainnya maka kepingan-kepingan ini bergerak mengitari bintang-bingtang itu dan menjadi planet-planet. Bintang yang tidak meladak tetap sebagai bintang yang sekarang disebut dengan matahari.
  1. Teori proto planet
Pada tahun 1940 seorang astronomi jerman bernama Carl Von Weiszzacker mengembangkan suatu teori yang dikenal dengan teori awan debu. Pada daarnya teori ini mengemukakan bahwa tata surya itu terbentuk dari gumpalan awan gas dan debu. Lebih dari 5000 juta tahun yang lalu, salah satu gumpalan awan itu mengalami pemampatan sehingga partikel-partikel debu tertarik ke bagian pusat wan itu membentuk gumpalan bola dan mulai berpilin. Lama kelamaan gumpalan gas itu menjadi pipih seperti cakram yang tebal dibagian tengah dan lebih tipis dibagian tepinya. Bagian tengah cakram gas itu berpilin lebih lambat dari bagian tepinya. Oleh karena itu partikel-partikel dibagian tengah cakram itu saling menekan timbullah panas dan pijar. Bagian inilah yang menjadi matahari.
Bagian yang lebih luar, berputar sangat cepat sehingga terpecah-pecah menjadi banyak gumpalan gas dan debu yang lebih kecil yang juga turut berpilin. Bagian inilah yang kemudian membeku dan menjadi planet-planet serta satelit-satelitnya. Bahan planet itu dinamakan pula proto planet.
ANGGOTA TATA SURYA
            Anggota Tata Surya – Tata surya terdiri atas Matahari, planet dan satelit-satelitnya. Selain itu, dalam anggota tata surya terdapat asteroid, meteor, dan komet. Menurut seorang ahli Astronomi bernama Nicolaus Copernicus, Matahari merupakan pusat tata surya, sedangkan benda-benda langit lainnya dalam keluarga tata surya beredar mengelilingi Matahari, dengan garis edar (orbit) berbentuk ellips. Hipotesis Copernicus ini dikenal dengan Faham Heliosentris.
a. Matahari
Anggota tata surya yang pertama yakni Matahari, adalah sebuah bintang yang berada di antara sekitar 100.000.000.000 bintang lain dalam galaksi Bima Sakti. Massa Matahari merupakan bola gas pijar, terdiri atas Hidrogen (H) (sekitar 80%), Helium (He) (19%), dan sisanya merupakan gabungan unsur-unsur Oksigen (O2), Magnesium (Mg), Nitrogen (N), Silikon (Si), Karbon (C), Belerang (S), Besi (Fe), Natrium (Na), Kalsium (Ca), Nikel (Ni), dan beberapa unsur mikro lainnya yang persentasenya kecil. Suhu di permukaan Matahari diperkirakan sekitar 5.000°C – 6.000°C, sedangkan pada bagian intinya mencapai 14.000.000°C. Suhu Matahari yang sangat tinggi ini berasal dari reaksi nuklir maha dahsyat yang mengubah inti Hidrogen menjadi Helium. Suhu di permukaan Matahari ini cukup untuk memanasi dan mem berikan kehidupan makhluk di Bumi yang jaraknya sekitar 150 juta kilometer. Menurut pengamatan para ahli astronomi, diameter (garis tengah) Matahari diperkirakan sekitar 1.400.000 km atau lebih dari 100 kali ukuran bola Bumi.
http://static.sman10garut.sch.id/wp-content/uploads/media/anggota-tata-surya/image1.jpg
Seperti halnya Bumi dan planet-planet lainnya, matahari memiliki berbagai lapisan. Matahari tersusun atas beberapa bagian, yaitu sebagai berikut.
1) Inti
Memiliki tekanan 200 miliar kali tekanan permukaan bumi membuat ion hidrogen berfungsi menjadi helium.
2) Zona radiasi
Merupakan zona pantulan energi yang berasal dari inti sebelum muncul ke permukaan.
3) Zona konveksi
Energi dari zona radiasi memasuki lapisan gas yang lebih dingin di zona konveksi. Gas yang panas naik ke permukaan, kemudian menurun dan jatuh kembali menjadi arus konveksi yang bergolak.
4) Fotosfer
Sebagian sinar Matahari yang terlihat berasal dari fotosfer yang tebalnya sekitar 300–400 km.
5) Kromosfer
Lapisan bawah atmosfer berisi gas menyala seperti kawah pijar.
6) Prominensa
Letusan besar dari korona (lidah api) yang meluas ke luar puluhan ribu kilometer, mempunyai hubungan yang sama dengan gangguan pada magnetik Matahari.
http://static.sman10garut.sch.id/wp-content/uploads/media/anggota-tata-surya/image2.jpg
b. Planet dan Satelit Alam
Pada awalnya dalam sistem tata surya (solar system) terdapat sembilan planet. Namun, sejak diselenggarakannya pertemuan International Astronomical Union (IAU) ke-26 di Praha, Republik Ceko, pada 24 Agustus 2006 disepakati bahwa terdapat delapan planet dalam sistem tata surya. Delapan planet tersebut beredar mengelilingi Matahari dengan periode revolusi yang berbeda. Kedelapan planet tata surya tersebut yaitu Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Yupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus. Pluto yang sebelumnya masuk ke dalam gugusan planet dalam tata surya hanya disetarakan dengan objek-objek kecil tata surya dengan garis orbit yang sudah pasti. Pusat Planet Minor (MPC) telah mendaftarkan bekas planet kesembilan itu sebagai asteroid ke-134340.
http://static.sman10garut.sch.id/wp-content/uploads/media/anggota-tata-surya/image3.jpg
Planet mengelilingi Matahari dalam orbit (garis edar) yang berbeda. Secara umum planet-planet dalam tata surya dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
1) Planet dalam (inferior), yang lintasannya berada di antara lintasan Bumi dengan Matahari meliputi planet Merkurius dan Venus;
2) Planet luar (superior), planet yang lintasannya berada di luar lintasan Bumi meliputi planet Mars, Yupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus.
Adapun yang menjadi pembatas antara keduanya adalah garis edar planet Bumi.
1) Merkurius
Merkurius merupakan planet terdekat ke Matahari, rata-rata jaraknya yaitu sekitar 58.000.000 kilometer. Dilihat dari ukurannya, Merkurius merupakan planet terkecil. Diameternya diperkirakan sekitar 4.862 kilometer. Periode rotasi Merkurius menghabiskan waktu 59 hari, sedangkan waktu yang dibutuhkan untuk satu kali revolusi mengelilingi Matahari adalah 88 hari. Atmosfer planet ini sangat tipis, tersusun dari gas Helium.
http://static.sman10garut.sch.id/wp-content/uploads/media/anggota-tata-surya/image4.jpg
Dalam pemotretan angkasa oleh satelit antariksa Marines 10 pada 1974, permukaan Merkurius tampak kasar dan berkawah-kawah.
2) Venus
Planet kedua dengan jarak terdekat ke Matahari adalah Venus, dengan rata-rata jarak ke Matahari sekitar 108.000.000 kilometer. Dilihat dari diameternya, ukuran Venus hampir sama dengan Bumi yaitu sekitar 12.190 kilometer. Waktu yang dibutuhkan untuk satu kali rotasi adalah 243 hari, sedangkan periode revolusi Venus mengedari Matahari lebih singkat, yaitu 225 hari. Hal yang cukup menarik dari Venus adalah arah gerak rotasinya yang berlawanan dengan planet-planet lain. Sebagaimana kita ketahui bahwa hampir semua planet dalam tata surya berotasi berlawanan dengan arah jarum jam, tetapi Venus dan Uranus berotasi searah jarum jam. Suhu permukaan Venus sangat tinggi, yaitu mencapai 480°C dengan tekanan udara 100 kali lebih tinggi dibandingkan dengan tekanan di permukaan Bumi. Suhu yang tinggi ini diakibatkan oleh atmosfer Venus yang terdiri atas gas karbon dioksida (CO2). Zat tersebut berperan sebagai gas rumah kaca yang berfungsi menahan energi panas yang dipancarkan Matahari.
Gambar 4.13 Planet Venus
3) Bumi
Bumi dengan rata-rata panjang diameter 12.725 kilometer merupakan satu-satunya planet dalam tata surya yang ditempati oleh manusia dan makhluk hidup lainnya. Hal ini sangat berkaitan dengan persyaratan hidup bagi organisme, seperti ketersediaan air, oksigen, dan sumber bahan makanan. Jarak rata-rata dari Bumi ke Matahari sekitar 149.600.000 kilometer. Periode rotasi Bumi adalah 23 jam 56 menit (satu hari), sedangkan periode revolusi Bumi mengelilingi Matahari memakan waktu 365¼ hari (satu tahun). Atmosfer Bumi tersusun oleh dua gas utama, yaitu Nitrogen dan Oksigen, di samping gas-gas lain dalam jumlah yang relatif kecil. Bumi memiliki satu satelit alam, yaitu Bulan.
http://static.sman10garut.sch.id/wp-content/uploads/media/anggota-tata-surya/image5.jpg
Planet Bumi dilihat dari sudut Bulan.
4) Mars
Mars dikenal dengan sebutan planet merah. Wilayahnya terdiri atas perbukitan, gunung, lembah, dan kawah yang gersang. Rata-rata jarak dari Mars ke Matahari adalah sekitar 228.000.000 kilometer. Periode rotasi planet merah ini hampir sama dengan Bumi yaitu 24,6 jam, sedangkan periode revolusi memakan waktu sekitar 1,9 tahun. Atmosfer Mars tersusun oleh gas karbon dioksida (CO2). Planet ini memiliki dua satelit alam, yaitu Deimos dan Fobos.
Gambar 4.15 Planet Mars
5) Yupiter
Planet terbesar dalam sistem tata surya kita adalah Yupiter, dengan panjang diameter 142.860 kilometer. Rata-rata jarak Jupiter ke Matahari adalah 779.000.000 kilometer. Sebagian besar massa planet raksasa ini terdiri atas gas Hidrogen, Helium, Metan (CH4), dan Amoniak (NH3). Hal ini menyebabkan kepadatan Yupiter sangat rendah, yaitu hanya sekitar ½ kali kepadatan Bumi. Periode rotasi Yupiter memerlukan waktu paling singkat dibandingkan dengan planet-planet lain, yaitu sekitar 9,8 jam. Adapun waktu revolusinya memakan waktu sekitar 11,9 tahun. Hal yang cukup menarik dari keberadaan planet Yupiter adalah adanya bercak merah di sekitar ekuator planet ini, yang berdasarkan perhitungan para ahli astronomi memiliki ukuran sekitar 50.000 kilometer. Lokasi bercak ini senantiasa berubah-ubah. Berdasarkan hasil pengamatan, ternyata bercak tersebut merupakan badai topan yang sangat hebat di atas atmosfer Yupiter dengan kecepatan putaran sangat tinggi. Yupiter memiliki 16 satelit. Beberapa di antaranya adalah Io, Europa, dan Callisto.
http://static.sman10garut.sch.id/wp-content/uploads/media/anggota-tata-surya/image6.jpg
Planet terbesar dalam sistem tata surya.
6) Saturnus
Planet kedua terbesar setelah Yupiter adalah Saturnus, dengan diameter sekitar 120.000 kilometer. Rata-rata jarak antara Saturnus ke Matahari adalah 1.428.000.000 kilometer. Saturnus merupakan planet terindah dengan ribuan cincin mengelilingi tubuhnya. Waktu yang dibutuhkan Saturnus dalam melakukan satu kali rotasi adalah sekitar 10,6 jam, sedang kan periode revolusinya memakan waktu sekitar 29,5 tahun.
http://static.sman10garut.sch.id/wp-content/uploads/media/anggota-tata-surya/image7.jpg
Planet Saturnus, salah satu planet bercincin dalam sistem tata surya. Seperti halnya Yupiter, atmosfer Saturnus tersusun oleh gas utama Metan dan Amoniak. Planet ini memiliki 18 satelit alam, beberapa di antaranya yaitu Titan, Hyperion, Phoebe, Mimas, Tethys, Calypso, Enceladus, dan Iapetus.
7) Uranus
Planet Uranus merupakan satu di antara planet dalam keluarga Matahari yang memiliki keunikan tersendiri. Planet tersebut memiliki cincin tipis dengan lebar sekitar 1 meter, bidang ekuatornya hampir tegak lurus terhadap garis edar planet mengelilingi Matahari (ekliptika). Hal ini mengakibatkan arah rotasinya sangat berbeda dengan planetplanet lain, yaitu searah jarum jam. Sebagaimana kita ketahui bahwa semua planet berotasi dari barat ke timur, kecuali Venus (dari timur ke barat).
Rata-rata jarak antara planet Uranus ke Matahari adalah 2.875.000.000 kilometer. Periode waktu yang dibutuhkan untuk satu kali rotasi adalah 24 jam, sedangkan periode revolusi Uranus mengedari Matahari memerlukan waktu sekitar 84 tahun. Atmosfer Uranus tersusun atas dua gas utama, yaitu Hidrogen dan Metan. Planet ini memiliki lima satelit alam, yaitu Ariel, Umbriel, Titania, Oberon, dan Miranda.
Gambar 4.18 Planet Uranus

8) Neptunus
Neptunus merupakan planet kedua terjauh dari Matahari. Ratarata jaraknya dari Matahari adalah sekitar 4.500.000.000 kilometer. Jarak yang sangat jauh ini mengakibatkan periode revolusi Neptunus memakan waktu yang sangat lama, yaitu sekitar 165 tahun. Adapun waktu yang diperlukan dalam satu kali rotasi adalah 22 jam.
http://static.sman10garut.sch.id/wp-content/uploads/media/anggota-tata-surya/image8.jpg
Permukaan planet Neptunus ketika difoto dari pesawat ulang alik Voyager 2. Diameter planet Neptunus cukup panjang yaitu sekitar 48.600 kilometer. Massa Neptunus diselubungi oleh atmosfer yang tersusun atas gas Amoniak dan Metan. Planet ini memiliki dua satelit alam, yaitu Triton dan Nereid.
Pada awalnya planet Pluto termasuk dalam sistem tata surya, sebagai planet terkecil dengan posisi dan jarak terjauh dari Matahari. Pada 24 Agustus 2006, berdasarkan kesepakatan 424 para ahli astronomi yang menyelenggarakan pertemuan International Astronomical Union (IAU) bertempat di Praha, Republik Ceko, Pluto dikeluarkan dari sistem tata surya. Berdasarkan kesepakatan tersebut Pluto yang pada awalnya merupakan planet terkecil dan terjauh dalam sistem tata surya dianggap sebagai planet kerdil (dwarf planet).
Suatu benda langit disebut planet apabila benda langit tersebut memiliki proporsi ukuran yang besar dan menempati garis orbit yang tetap dalam mengitari Matahari dalam suatu sistem tata surya dan tidak memiliki garis orbit yang sama dengan planet lain. Berdasarkan penelitian para ahli astronomi garis orbit Pluto tumpang tindih dengan garis orbit Neptunus sehingga Pluto terdiskualifikasi dari sistem tata surya.
c. Komet
Komet lebih dikenal dengan istilah bintang berekor yang senantiasa datang mengunjungi Matahari dan keluarganya secara periodik. Sebagian besar tubuh komet dibentuk oleh berbagai gas,termasuk Sianogen (CN), Karbon (C), Karbon monoksida (CO), Nitrogen (N2), Hidroksil (OH), dan Nitrogen Hidrid (NH). Berdasarkan sifat fisiknya, tubuh komet terdiri atas dua bagian, yaitu inti dan ekor.
http://static.sman10garut.sch.id/wp-content/uploads/media/anggota-tata-surya/image9.jpg
Sebelum mendekati Matahari, komet terdiri atas batuan dan es. Debu dan gas menyembur dari intinya, lalu terbentuklah kepala komet (koma) dan ekornya. Komet mengedari Matahari dengan bidang orbit yang berbedabeda. Ada yang berbentuk elips sangat pipih, parabola, bahkan hiperbola. Pada saat komet sangat dekat dengan Matahari sebagian partikel-partikel tubuhnya mencair karena panas Matahari dan membentuk ekor yang semakin dekat Matahari, ekor komet tersebut semakin panjang. Adapun pada saat jaraknya jauh dari Matahari hampir semua bagian tubuhnya membeku sehingga tidak terdapat lagi ekor. Beberapa contoh komet yang pernah dilihat oleh manusia antara lain sebagai berikut:
       1) Komet Halley
Komet ini kali pertama ditemukan oleh Edmund Halley (1656–1742). Komet Halley adalah komet yang terpanjang lintasannya dan muncul setiap 76 tahun sekali.
       2) Komet Encke
Komet ini ditemukan oleh Johann Franz Encke (1791–1865). Komet ini muncul setiap 3,3 tahun sekali.
       3) Komet Biella
Komet ini muncul setiap 6,5 tahun satu kali. Biella pernah terlihat pada tahun 1832 dan 1986.
d. Meteor
Benda langit anggota tata surya lainnya adalah Meteor, yaitu benda langit di angkasa baik terdiri atas senyawa logam maupun batuan. Jika meteor masuk ke dalam atmosfer Bumi, akan terjadi gesekan yang sangat kuat antara massa meteor dan partikel-partikel atmosfer. Gaya gesek ini mengakibatkan meteor terbakar sehingga terlihat dari Bumi sebagai bintang yang jatuh dari angkasa. Jika meteor sampai ke permukaan Bumi, dinamakan meteorit. Benturan atau tumbukan yang sangat kuat antara meteorit yang jatuh dengan permukaan bumi, dapat mengakibatkan terjadinya cekungan muka Bumi menyerupai kawah. Seperti pernah terjadi di daerah Winslow Arizona, Amerika Serikat, yang dikenal dengan Barringer Crater.
Gambar 4.21 Meteor dan kawah yang dihasilkan oleh meteorit di Arizona, Amerika Serikat.
e. Asteroid
Asteroid adalah benda-benda langit kecil sejenis planet yang tersebar di antara orbit planet Mars dan Yupiter, yaitu kira-kira 500 juta kilometer dari Matahari dari Bumi. Asteroid tampak bersinar karena benda ini sama seperti planet, menerima dan memantulkan cahaya Matahari. Beberapa contoh asteroid adalah Trojan, Apollo, dan Cerres.
http://static.sman10garut.sch.id/wp-content/uploads/media/anggota-tata-surya/image10.jpg
Ilustrasi seperti gambar inilah yang diperkirakan oleh para ilmuwan ketika terjadi tabrakan hebat ketika asteroid raksasa menabrak Bumi.

MATAHARI SEBAGAI BINTANG
            Matahari adalah bintang yang jaraknya paling dekat dengan bumi baik pada gugusan galaksi bima sakti maupun pada galaksi andromeda. Matahari adalah sebuah bintang karena matahari memancarkan cahaya yang dihasilkan sendiri. Matahari dapat memancarkan cahaya dan panas yang amat sangat besar energinya karena dihasilkan dari reaksi fusi nuklir penggabungan inti atom hidrogen.


a.       Lapisan – lapisan Matahari
Matahari tersusun oleh beberapa lapisan, yaitu inti, fotosfer, kromosfer, dan korona. Setiap lapisan pada Matahari memiliki karakteristik yang berbeda-beda.
a.   Inti
Inti merupakan bagian paling dalam pada Matahari. Inti Matahari memiliki suhu sekitar 15 juta derajat Celcius (27 juta derajat Fahrenheit). Berdasarkan perbandingan radius/diameter, inti Matahari ukurannya seperempat jarak dari pusat ke permukaan dan volumenya dari total volume matahari dengan kepadatan sekitar 150 g/cm3.

b.   Fotosfer
Fotosfer merupakan lapisan matahari yang dapat dilihat dari Bumi. Cahaya Fotosfer sangat terang yang dapat mengalahkan lapisan paling luar matahari, yaitu korona. Oleh karena itu, sinar dari korona tidak terlihat oleh mata. Lapisan gas merah yang cemerlang di sekeliling fotosfer dinamakan kromosfer.
c.   Kromosfer
Kromosfer merupakan lapisan tipis pada atmosfer matahari. Lapisan kromosfer terletak di atas fotosfer dengan kedalaman sekitar 2.000 kilometer. Suhu kromosfer sekitar 4.500 Kelvin. Nama kromosfer berasal dari fakta bahwa kromosfer memiliki warna kemerahan. Warna dari kromosfer biasanya tidak terlihat karena tertutup cahaya yang begitu terang yang dihasilkan fotosfer.
d.   Korona
Korona merupakan bagian terluar dari atmosfer matahari. Ciri-ciri korona adalah memiliki massa jenis rendah dan temperaturnya tinggi  yang mampu mencapai 2 x 106 K. Tebal lapisan korona Matahari mencapai 2,5 x 106 km.
b.      Gangguan Pada Matahari
Matahari merupakan bola gas pijar yang terdiri atas lapisan-lapisan yang suhunya berbeda-beda. Akibat perbedaan suhu itu, partikel-partikel bergerak dan bertabrakan. Oleh karena kecepatan yang berbeda, energy yang terpancar pun tidak sama. Pancaran energy ini menimbulkan gangguan-gangguan pada matahari. Misalnya berupa gumpalan-gumpalan pada fotosfer, noda hitam Matahari (sun spot), lidah api, dan matahari sebagai pemancar radio.



a. Gumpalan-Gumpalan pada Fotosfer (Granula)
Gumpalan-gumpalan (granula) pada fotosfer terjadi karena semburan gas panas dari inti matahari ke lapisan fotosfer. Akibatnya, permukaan Matahari kelihatan tidak rata atau bergumpal-gumpal.
b. Noda Hitam Matahari (Sun Spot)
Noda hitam matahari (sun spot) pertama kali dilihat oleh Galileo Galilei dan Schiener. Noda hitam matahari (sun spot) terjadi akibat aliran gas panas dari inti matahari tidak sampai ke permukaan fotosfer, karena pengaruh megnetik pada Matahari. Daerah ini suhunya sekitar 1.500˚C lebih rendah dari sekitarnya sehingga tampak seperti bintik hitam. Noda hitam Matahari dapat mengakibatkan musin dingin di Bumi lebih panjang.
Letak, ukuran dan banyak noda hitam Matahari tidak tetap. Diameter bintik Matahari dapat mencapai 80 km, atau melebihi luas permukaan bumi. Noda hitam Matahari timbul dan kemudian menghilang dalam waktu tertentu, yang disebut daur noda Matahari. Daur noda Matahari mempunyai siklus sekitar 11 tahun.
c. Lidah Api
Merupakan massa proton dan electron atom hydrogen yang bergerak dengan kecepatan tinggi. Lidah api tampak sebagai juluran-juluran gas pada permukaan fotosfer. Masa partikel tersebut dapat mencapai Bumi dalam waktu 10 menit.
Sebelum masuk ke Bumi, pancaran partikel itu bertahan oleh sabuk Van Allen yaitu suatu sabuk radiasi yang mengelilingi bumi. Pancaran partikel yang lolos masuk ke atmosfer Bumi itu di sebut aurora. Aurora di belahan utara Bumi di sebut auror borealis, aurora dibelahan selatan di sebut aurora australis. Hamburan warna tersebut timbul karena pertikel-partikel dari Matahari bertabrakan dengan atom oksigen dan nitrogen di lapisan atas atmosfer Bumi.
Hamburan partikel juga dapat mempengaruhi lapisan ionosfer Bumi. Akibatnya, komunikasi gelombang radio menjadi gangguan.

d. Matahari Sebagai Pemancar Radio
Matahari dapat mengeluarkan gelombang radio dengan panjang gelombang 1 cm - 15 m. gelombang ini mengakibatkan adanya gangguan muatan listrik di atmosfer Bumi, terutama pada lapisan ionoster. Akibatnya, akan menggangu siaran radio, televisi, magnet dsb.

BUMI SEBAGAI PLANET
Pada zaman dahulu, manusia beranggapan bahwa bentuk bumi adalah datar dan luasnya tak terhinggga. Namun pada abad ke-6 SM, seorang pemikir Yunani bernama Pythagoras beranggapan bahwa bentuk bumi menyerupai bola.

            Pada abad ke-4 SM, Aristoteles meyakini bahwa bentuk bumi itu bulat.
Keyakinanya itu timbul setelah menagmati bayangan yang menutupi permukaan bulan pada waktu terjadi gerhana bulan.
Bentuk bumi yang bulat menyebabkan benda-benda yang bergerak menjauhi seorang pengamat di permukaan bumi akan tampak seolah-olah tenggelam di balik ufuk. Bumi apabila dilihat dari angkasa luar akan tampak berwarna kebiru-biruan, sehingga disebut sebagai planet biru. Warna kebiru-biruan tersebut disebabkan oleh keadaan di bumi sendiri yaitu karena 70 % permukaan bumi berupa laut dan samudra. Selain itu, susunan dan ketebalanangkasanya juga menentukan ciri khas penampakannya.
Pada saat ini telah diketahui bahwa garis tengah bumi adalah 12.714 km dari kutub ke kutub dan 12. 757 km di sepanjang garis khatulistiwa.
Gerak Rotasi Bumi


            Gerak bumi yang berputar mengitari porosnya sendiri disebut gerak rotasi bumi. waktu yang diperlukan bumi untuk berotasi satu kali mengitari porosnya adalah 1 hari atau 24 jam (tepatnya 23 jam, 56 menit 4,09 detik). Arah rotasi bumi adalah “arah timur” yaitu dari barat ke timur. Gerak rotasi bumi yang arahnya ke timur mengakibatkan pada siang hari matahari seolah-olah bergerak dari timur ke barat, demikian juga dengan bulan dan bintang di malam hari. Gerak benda-benda langit disebut gerak harian langit atau sering disebut gerak semu harian. Bintang dalam gerak hariannya akan kembali pada tempat yang sama di bola langit setelah menempuh waktu yang sama dengan periode rotasi bumi.
            Akibat rotasi bumi terhadap porosnya yaitu pergantian siang dan malam hari, gerak semu harian benda langit, pengembungan di khatulistiwa dan pemepatan di kedua kutub bumi, dan perbedaan waktu untuk tempat-tempat yang berbeda derajat bujurnya.

Revolusi Bumi


            Satu kali bumi beredar mengelilingi matahari (berevolusi) diperlukan waktu 365,25 hari atau 1 tahun. Kecepatan rata-rata bumi dalam berevolusi adalah 30 km/s, sedangkan kecepatan berotasi adalah 464 m/s.
            Revolusi bumi menyebabkan beberapa peristiwa yaitu pergantian musim di bumi sepanjang tahun; perbedaan lamanya waktu siang dan malam; terlihatnya rasi bintang yang berbeda setiap bulan, hal ini karena setiap bulan posisi bumi berbeda dengan bulan sebelumnya sehingga langit di atas kepala kita pun berbeda akibatnya bintang-bintang yang tampak jadi berbeda. Kumpulan bintang dengan pola-pola tertentu disebut rasi bintang; dan adanya gerak semu tahunan matahari.
Empat musim di bumi terjadi di daerah-daerah pada belahan bumi utara dan belahan bumi selatan, sedangkan di daerah khatulistiwa tidak ada pergantian musim.

BULAN SEBAGAI SATELIT
Bulan merupakan benda langit yang terdekat dengan bumi dan beredar mengelilingi bumi dari arah barat-timur atau arah negative. Sementara berevolusi mengelilingi bumi, bulan juga berputar pada porosnya dengan kecepatan tertentu. Selain berotasi pada sumbunya dan berevolusi mengelilingi bumi, bersama-sama dengan bumi bulan juga beredar mengelilingi matahari. Dengan demikian bulan melakukan tiga macam gerakan dalam waktu sama. Waktu perjalanan bulan dari konjungsi sampai kedudukan konjungsi lagi disebut satu bulan sinodik, sama dengan 29,5 hari. Peredaran sinodik bulan sebenarnya lebih dari perjalanan satu lingkaran. Hal ini karena bumi juga berevolusi mengelilingi matahari. Lamanya satu bulan siderik adalah 27,33 hari, jika kita tinjau pergeseran bumi, bumi berevolusi mengelilingi matahari dalam waktu 365 hari, sehingga dalam waktu satu hari bumi menempuh lintasan sekitar satu derajat.

GERHANA

Faktor Penyebab Terjadinya Gerhana adalah lintasan bulan saat revolusi mengelilingi bumi. Lintasan bulan mengelilingi bumi membentuk bidang yang tidak sebidang dengan ekliptika (bidang lintasan bumi mengelilingi matahari). Ada kalanya bulan bumi dan matahari terletak pada satu garis lurus, pada saat itulah terjadi gerhana.
a.   Gerhana Bulan
            Bulan tidak memancarkan cahaya sendiri, bulan tampak karena cahaya matahari yang dipantulkan oleh bulan sampai ke bumi. Matahari sebagai sumber cahaya mempunyai diameter lebih besar daripada bumi maupun bulan. Oleh karena itu bayangan bumi atau bayangan bulan akan berbentuk kerucut. Kerucut bayangan yang dibentuk oleh bumi lebih panjang daripada kerucut bayangan bulan, karena diameter bumi lebih besar daripada diameter bulan.
Kerucut bayangan yang sangat gelap yang dibentuk oleh bumi atau bulan disebut umbra atau bayangan inti. Kemudian di sekitar umbra akan terdapat bayangan tidak terlalu gelap dan disebut penumbra. Penumbra dibelakang bumi/bulan berbentuk kerucut terpancung dengan puncaknya dibumi/bulan. Makin jauh, bayangan itu makin besar sampai menghilang diruang angkasa.
Pada saat bulan beroposisi, umbra bumi akan mengenai bulan, pada saat itu terjadi gerhana bulan total. Jika bulan yang masuk kedalam umbra bumi itu hanya sebagian saja, yang terjadi adalah gerhana sebagian/parsial. Sebelum dan sesudah bulan memasuki umbra, seluruh bulan berada didaerah penumbra, saat itulah bulan bersinar suram yang disebut gerhana penumbra. Gerhana total dapat terjadi pada waktu oposisi bulan berada pada titik simpul. Tetapi jika bulan hanya berada dekat simpul (titik potong lintasan bulan dengan ekliptika) yang terjadi hanyalah gerhana sebagian. Sedangkan jika bulan berada cukup jauh dari simpul, hanya terjadi gerhana penumbra saja, tanpa adanya gerhana sebagian ataupun total. Jadi pada saat bulan jauh dari simpul, bulan purnama tidak akan pernah mengalami gerhana.
Diameter kerucut umbra bumi ditempat lintasan bulan kira-kira 3 kali diameter bulan. Oleh karena itu, jika bulan melewati pertengahan umbra bumi, terjadi gerhana total yang paling lama sekitar 1 jam 45 menit. Waktu yang dibutuhkan bulan sejak memasuki umbra sampai keluar dari umbra sekitar 4 jam. Perbedaan frekuensi gerhana itu karena gerakan simpul yang mempunyai periode 19 tahun. Karena orbit bulan dan bumi memiliki keteraturan yang sangat tinggi.
b.  Gerhana Matahari
Gerhana matahari adalah peristiwa terhalangnya sinar matahari yang menuju bumi oleh bulan. Gerhana matahari terjadi siang hari waktu bulan berkonjungsi dekat dengan simpul. Jika bagian permukaan bumi yang dikenai oleh umbra bulan tidak mendapat cahaya mataharis secara langsung maka disebut sebagai gerhana matahari total. Bagian bumi yang tertutupi oleh umbra bulan daerah berbentuk lingkaran dengan diameter maksimum 270 km, sehingga yang tampak korona dan promensia. Kedudukan saat gerhana matahari adalah matahari bulan dan bumi terletak pada satu garis lurus. 
Gerhana matahari total terjadi sekitar 2 atau 3 menit dan waktu paling lama sekitar 7 menit. Lintasan bumi maupun lintasan bulan berbentuk ellips, maka ada kemungkinan pada saat terjadi gerhana, letak bumi dan bulan sedemikian rupa, sehingga kerucut bayang-bayang bulan tidak mengenai bumi dikenal sebagai gerhana matahari parsial. Orang dipermukaan bumi yang berada diperpanjangkan kerucut umbra bulan, akan melihat matahari terhalang oleh bulan tepat ditengah-tengah matahari sehingga saat itulah matahari akan tampak berbentuk cincin. Peristiwa gerhana matahari semacam ini disebut gerhana matahari cincin (gelang). 

0 comments:

Post a Comment

Template by:

Free Blog Templates