Pembagian
filsafat
Menurut ahli filsafat
mempunyai pembagian yang berbeda-beda tentang filsafat,sebagaimana pendapat
mereka di bawah ini:
1) Prof.Alburey
Castell,membagi masalah filsafat manjadi 5 bagian:
1. Theological Problem
(masalah teologis)
2. Metaphisical Problem
(masalah metafisika)
3. Epistecal Problem (masalah
etika)
4. Political Problem (masalah
politik)
5. Historical Problem (masalah
sejarah)
2) DR.M.J.Langeveld menyatakan
bahwa filsafat dapat diberikan sebagai satu kesatuan yang terdiri dari 3
lingkungan masalah:
1. Lingkungan masalah-masalah
keadaan(seperti metafisika manusia,alam dan seterusnya)
2. Lingkungan masalah-masalah
pengetahuan(seperti kebenaran,teori pengetahuan,logika)
3. Lingkungan masalah-masalah
nilai(teori nilai,estetika,nilai yang berdasarkan agama)
3) H.De Vos menggolongkan
filsafat sebagai berikut:
1. Metafisika
2. Logika
3. Ajaran tentang ilmu
pengetahuan
4. Filsafat alam
5. Filsafat kebudayaan
6. Filsafat sejarah
7. Filsafat etika
8. Estetika
9. Antropologi
Dr.Richard
H.Dophin dan Dr.Avrum Astroll membahas filsafat dengan membagi menjadi 7
bagian(section)yaitu:
1. Section I Ethies (etika)
2. Section II Political
philosophy(filsafat politik)
3. Section III Methaphisies(metafisika)
4. Section IV Philosophy of
religion(filsafat agama)
5. Section V Theory of
Knowledge(teori pengetahuan)
6. Section VI Logies (logika)
7. Section VII Contemporary
philosophy(filsafat kontemporer)
Metafisika
Sejak lama, istilah “metafisika”
dipergunakan di yunani untuk menunjukkan karya-karya tertentu Aristoteles.
Istilah ini berasal dari bahasa yunani metaphysika yang berarti “hal-hal
yang terdapat sesudah fisika”. Aristoteles mendefinisikan menjadi ilmu
pengetahuan mengenal yang ada, sebagai yang ada, yang dilawankan,
misalnya dengan yang ada sebagai yang digerakkan atau yang ada
sebagai yang dijumlahka. “dewasa ini metafisika dipergunakan baik untuk
menunjukkan filsafat pada umumnya maupun acap kali untuk menunjukkan cabang
filsafat yang mempelajari pertanyaan-partanyaan yang terdalam. Metafisika
seriangkali juga dijumbuhkan, khususnya bagi mereka yang ingin menolaknya,
dengan salah satu bagiannya, yaitu ontologi (yang akan didefinisikan secara
singkat).
c. Etika
Tugas
etika, etika merupakan penyelidikan filsafat mengenai kewajiban-kewajiban
manusia serta tingkah laku tersebut. Etika bertugas memberikan jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan ini.
Sifat
dasar etika mempunyai sifat yang mendasar, yaitu sifat kritis. Etika
mempersoalkan norma-norma yang dianggap berlaku, menyelidiki norma-norma itu,
mempersoalkan hak dan setiap lembaga, seperti orang tua, sekolah, negara dan
agama, untuk memberi perintah atau larangan yang harus ditaati. Hak dan
wewenang untuk menuntut ketaatan dan lembaga terssebut harus dan prlu
dibuktikan. Dengan demikian, etika menuntut orang agar bersikap rasional
terhadap semua norma. Sehingga etika akhirnya membantu manusia menjadi lebih
otonom. Etika dibutuhkan sebagai pengantar pemikiran kritis yang dapat
membedakan antara apa yang sah dan apa yang tidak sah, apa yang benar dan apa
yang tidak benar.
Teologi (bahasa
Yunani θεος, theos, "Allah, Tuhan", dan
λογια, logia, "kata-kata," "ucapan," atau "wacana")
adalah wacana
yang berdasarkan nalar mengenai agama, spiritualitas dan Tuhan (Lih. bawah,
"Teologi dan agama-agama lain di luar agama Kristen"). Dengan
demikian, teologi adalah ilmu yang
mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan keyakinan beragama. Teologi
meliputi segala sesuatu yang berhubungan dengan Tuhan. Para teolog
berupaya menggunakan analisis dan argumen-argumen rasional untuk
mendiskusikan, menafsirkan dan mengajar dalam salah satu bidang dari topik-topik agama.
Teologi memampukan seseorang untuk lebih memahami tradisi
keagamaannya sendiri ataupun tradisi keagamaan lainnya, menolong membuat
perbandingan antara berbagai tradisi, melestarikan, memperbaharui suatu tradisi
tertentu, menolong penyebaran suatu tradisi, menerapkan sumber-sumber dari
suatu tradisi dalam suatu situasi atau kebutuhan masa kini, atau untuk berbagai
alasan lainnya
0 comments:
Post a Comment