1. FILSAFAT
Pengertian
Untuk memperoleh pengertian tentang filsafat diperlukan
kajian yang mendalam tetang filsafat itu sendiri. Pengertian filsafat dari para
filsuf selalu berbeda-beda. Pengertian filsafat dapat ditinjau dari dua segi,
yaitu pengertian secara Etimologi dan pengertian secara Terminologi.
Pengertian Filsafat Secara Etimologi
Secara etimologik filsafat berasal dari bahasa Yunani yaitu Philosophia.
Kata ini terdiri dari philein yang berarti kasih, liefdi yang
berarti cinta atau love, dan sophia yang berarti kebijakan atau wisdom.
Jadi dapat diartikan secara etimologik bahwa filsafat adalah cinta
kebijakan (love of wisdom).
Pengertian Filsafat Secara Terminologi
a. Plato
Filsafat adalah pengetahuan yang berminat mencapai
pengetahuan kebenaran yang asli.
b. Aristoteles
Filsafat adalah ilmu (pengetahuan) yang meliputi kebenaran
yang terkandung di dalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika,
ekonomi, politik, dan estetika atau filsafat keindahan.
c. Rene Descartes
Filsafat adalah kumpulan segala pengetahuan dimana Tuhan,
alam, dan manusia menjadi pokok penyelidikan.
d. Immanuel Kant
Filsafat adalah ilmu (pengetahuan) yang menjadi pokok
pangkal dari segala pengetahuan, yang di dalamnya tercakup masalah epistemologi
(filsafat pengetahuan) yang menjawab persoalan apa yang dapat kita ketahui.
e. Langeveld
Filsafat adalah berpikir tentang masalah-masalah yang akhir
dan yang menentukan, yaitu masalah-masalah yang mengenai makna keadaan, Tuhan,
keabadian, dan kebebasan.
f. Prof. Mr. Muhammad Yamin
Filsafart ialah pemusatan pikiran sehingga manusia menemui
kepribadiannya seraya di dalam kepribadiannya itu dialaminya kesungguhan.
g. Prof. Dr. Ismaun. M. Pd
Filsafat adalah Usaha Pemikiran dan Renungan Manusia dengan
Akal dan Kalbunya secara sungguh-sungguh yakni secara kritis sestematis,
fundamentalis, universal, integral dan radikal untuk mencapai dan menemukan
kebenaran yang hakiki (pengetahuan, kearifan atau kebenaran yang sejati)
h. Betran Russel
Filsafat adalah suatu yang berada di tengah-tengah antara
teologi dan sience.
i.
Harold H. Titus
Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap
kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis.
j.
Walter Cufmann
Filsafat adalah pencarian akan kebenaran dengan pertolongan
fakta-fakta dan argumentasi- argumentasi tanpa menimbulkan kekerasan dan tanpa
mengetahui hasilnya terlebih dahulu.
Terdapat tiga karakteristik berpikir
filsafat yakni:
1. Sifat menyeluruh: seseorang ilmuwan tidak akan pernah puas
jika hanya mengenal ilmu hanya dari segi pandang ilmu itu sendiri. Dia ingin
tahu hakikat ilmu dari sudut pandang lain. Hal ini akan membuat ilmuwan tidak
merasa sombong dan paling hebat. Di atas langit masih ada langit. contoh:
Socrates menyatakan dia tidak tahu apa-apa.
2. Sifat mendasar: yaitu sifat yang tidak saja begitu
percaya bahwa ilmu itu benar. Mengapa ilmu itu benar? Bagaimana proses
penilaian berdasarkan kriteria tersebut dilakukan? Apakah kriteria itu sendiri
benar? Lalu benar sendiri itu apa? Seperti sebuah pertanyaan yang melingkar
yang harus dimulai dengan menentukan titik yang benar.
3. Spekulatif: dalam menyusun sebuah lingkaran dan
menentukan titik awal sebuah lingkaran yang sekaligus menjadi titik akhirnya
dibutuhkan sebuah sifat spekulatif baik sisi proses, analisis maupun
pembuktiannya. Sehingga dapat dipisahkan mana yang logis atau tidak.
B.
Metode Filsafat
Metode filsafat adalah metode
bertanya. Objek forma filsafat adalah ratio yang bertanya. Obyek materinya
semua yang ada. Maka menjadi tugas filsafat mempersoalkan segala sesuatu yang
ada sampai akhirnya menemukan kebijaksanaan universal.
C. Pembagian
Bidang Ilmu Filsafat
·
A. Sonny Keraf membedakan ilmu
filsafat menjadi 5 cabang besar: (1) metafisika atau ilmu tentang yang ada
sebagai ada; (2) epistemologi atau filsafat ilmu pengetahuan; (3) etika atau
filsafat moral yang berbicara mengenai baik-buruknya perilaku manusia; (4)
logika berbicara mengenai cara berpikir lurus dan tepat; (5) estetika atau
filsafat keindahan berbicara tentang seni.
·
Aristoteles memasukkan ke dalam
bidang filsafat: logika, etika, estetika, psikologi, filsafat politik, fisika,
dan metafisika. Pembagiannya terhadap bidang-bidang ilmu, mempunyai tiga
bagian: ilmu-ilmu teoritis, ilmu-ilmu praktis, dan ilmu-ilmu produktif.
·
Christian Wolff membagi
filsafat menjadi: logika, filsafat pertama, ontologi, teologi, kosmologi,
psikologi rasional, etika, dan teori pengetahuan. Disiplin-disiplin ini dibagi
menjadi tiga bagian: teoritir, praktis dan kriteriologis.
Dewasa ini, bidang-bidang
filsafat diketahui meliputi kebanyakan disiplin yang disebut di atas tadi,
meski ada kekecualian, seperti fisika dan psikologi telah mendapat privilesenya
sendiri. Filsafat sering dianggap sebagai ilmu politik. Teologi telah digantikan
oleh filsafat agama.
Di samping itu, tanggung jawab filsafat terhadap bidang-bidang lain semakin diakui melalui perkembangan filsafat, studi dan kursus interdisipliner. Yang paling penuh perkembangannya adalah filsafat ilmu pengetahuan. Disiplin ini mengandung anataf filsafat ilmu-ilmu alam dan filsafat ilmu-ilmu sosial: filsafat sejarah, filsafat agama, filsafat hukum, dan filsafat pendidikan.
Di samping itu, tanggung jawab filsafat terhadap bidang-bidang lain semakin diakui melalui perkembangan filsafat, studi dan kursus interdisipliner. Yang paling penuh perkembangannya adalah filsafat ilmu pengetahuan. Disiplin ini mengandung anataf filsafat ilmu-ilmu alam dan filsafat ilmu-ilmu sosial: filsafat sejarah, filsafat agama, filsafat hukum, dan filsafat pendidikan.
D. Beberapa Cabang Filsafat
·
Filsafat Alam
Obyeknya: alam kehidupan dan
alam bukan kehidupan. Tujuannya: menjelaskan fenomena alam dari aspek
eksistensi fenomena tersebut dan menelusuri syarat-syarat kemungkinan.
·
Filsafat Analitis
Ilmu memusatkan perhatian pada
bahasa dan upaya untuk menganalisis pernyataan (konsep, atau ungkapan
kebahasaan aatau bentuk-bentuk logis. Tujuannya ialah untuk menemukan
pernyataan-pernyataan yang berbentuk logis dan ringkas dan yang terbaik, yang
cocok dengan fakta atau arti yang disajikan.
·
Filsafat Bahasa
Sehari-hari
Paham ini berpandangan bahwa
dengan menganalisis bahasa biasa (makna, implikasi, bentuk dan fungsinya) kita
dapat memperlihatkan kebenaran mengenai kenyataan. Dengan analisis bahasa biasa
kita dapat memahami masalah pokok filsafat dan sekaligus dapat memecahkannya.
·
Filsafat Gestalt
Salah satu pandangan filsafat
ini berpandangan bahwa realitas merupakan dunia tempat organisme fisik
memberikan tanggapan dalam proses mengatur struktur-struktur atau keseluruhan
yang diamati.
·
Filsafat Kebudayaan
Filsafat ini memberikan gambaran
keseluruhan mengenai gejala kebudayaan (bentuk, nilai dan kreasinya). Tugasnya
untuk menyelidiki hakekat kebudayaan, memahaminya berdasarkan sebab-sebab dan
kondisi-kondisinya yabg esensial. Filsafat ini juga bertugas untuk menjabarkan
pada tujuan-tujuannya yang paling mendasar dan karena itu juga menemukan arah
dan luas perkembangan budaya.
·
Filsafat Kehidupan
Filsafat kehidupan dalam bahasa
sehari-hari berarti (1) cara tau pandangan hidup. Dan ini bertujuan mengatur
segalanya secara praktis. (2) Etika sebagai ilmu yang berbicara mengenai tujuan
dan kaidah-kaidah kehidupan dapat juga disebut sebagai filsafat kehidupan.
Dari pemaparan di atas,
ilmu filsafat merupakan ilmu yang lahannya luas dan rumit. Untuk mereka yang
berminat pada filsafat, mereka harus mempelajari pengantar-pengantar ke bidang
filsafat. Peminat Ilmu filsafat di Indonesia semakin berkembang. Hal ini
terlihat berkembangnya peminat filsafat di perguruan tinggi/ sekolah tinggi
filsafat baik yang dikelola pemerintah maupun swasta nasional. Semoga informasi
ini bermanfaat bagi siapa saja yang mencintai kebijaksanaan.
2. CIRI-CIRI FILSAFAT
Ciri-ciri filsafat menurut Drs.
Asmoro Asmadi (Asmoro, Asmadi;129):
- Sangat umum
- Tidak faktual artinya membuat dugaan-dugaan yang masuk akal dengan tidak berdasarkan pada bukti tetapi bukan berarti tidak ilmiah
- Bersangkutan dengan nilai dimana penilaian yang dimaksud adalah yang baik dan buruk yang susila dan asusila
- Berkaitan dengan arti
- Implikatif
- Menyeluruh
Ciri-ciri filsafat menurut Drs. Suyadi MP dan Drs. Sri suprapto widodonongrat:
Artinya pemikiran yang luas
- Mendasar Artinya, pemikiran yang dalam sampai kepada hasil yang fundamental atau esensial obyek
- Spekulatif Artinya, hasil pemikiran yang didapat dan dijadikan dasar bagi pemikiran selanjutnya.
Ciri-ciri filsafat menurut Sunoto:
- Deskriptip
- Kritik atau analitik
- Evaluatif atau normativ
- Spekulatif dan sistematik
- Berfikir secara kefilsafatan dicirikan seara radikal. Radikal berasal dari kata Yunani radix yang berarti akal. Berfikir secara radikal adalah berfikir sampai ke akar-akarnya. Berfikir sampai ke hakekat, esensi atau sampai ke substansi yang dipikirkan.
- Berfikir
secara kefilsafatan dicirikan secara universal (umum)
Berfikir secara universal adalah berfikir tentang hal serta proses yang bersifat umum, dalam arti tidak memikirkan sesuatu yang parsial. - Berfikir secara kefilsafatan dicirikan secara konseptual
- Berfikir kefilsafatan dicirikan secara koheren dan konsiste
- Berfikir secara kefilsafatan dicirikan secara sistematik
- Berfikir secara kefilsafatan dicirikan secara komprehensif
- Berfikir secara kefisafatan dicirikan secara bebas
- Berfikir secara kefilsafatan adalah pemikiran yang bertanggung jawab
Ciri-ciri persoalan filasafat
menurut Made Pramono, S.S., M.Hum
- Bersifat sangat umum (tak bersangkutan dengan objek-objek khusus).
- Spekulatif, tak langsung menyangkut fakta (nonfaktawi).
- Bersangkutan dg nilai-nilai (kualitas abstrak yang ada pada suatu hal).
- Bersifat kritis terhadap konsep dan arti-arti yg biasanya diterima begitu saja oleh ilmu.
- Besifat sinoptik: mencakup struktur kenyataan secara keseluruhan.
- Bersifat implikatif: jawaban suatu persoalan memunculkan persoalan baru yang saling berhubungan.
- Bersifat teoritik: lebih pada tindak reflektif, non-praktis.
Ciri-ciri pemikiran filsafat
menurut Made Pramono, S.S., M.Hum
- Bersifat radikal (sampai ke akar-akarnya, sampai pada hakikat/esensi).
- Sistematis (adanya hub. fungsional antara unsur-unsur untuk mencapai tujuan tertentu).
- Berpikir tentang hal/proses umum, universal, ide-ide besar, bukan tentang peristiwa tunggal.
- Konsisten/runtut (tak terdapat pertentangan di dalamnya) dan koheren (sesuai dengan kaidah-kaidah berpikir, logis).
- Secara bebas, tak cenderung prasangka, emosi.
- Kebebasan ini berdisiplin (berpegang pada prinsip-prinsip pemikiran logis serta tanggung jawab pada hati nurani sendiri).
- Berusaha memperolah pandangan komprehensif/menyeluruh.
Secara konseptual hasil generalisir (perumuman) dan
abstraksi dari pengalaman tentang hal-hal serta proses-proses individual
melampaui batas pengalaman hidup sehari-hari.
Ligkup Kajian Filsafat
Lingkup kajian adalah sesuatu yang merupakan bahan dari
suatu penelitian atau pembentukan pengetahuan. Lingkup kajian filsafat dapat
dibedakan menjadi dua yaitu objek material filsafat dan objek formal filsafat.
3. Sejarah Perkembangan Filsafat
Perkembangan filsafat dapat dikelompokkan dalam beberapa
periode sebagai berikut:
Zamam
Yunani Klasik
Periode filsafat Yunani memegang peran krusial dalam sejarah
peradaban manusia karena pada waktu itu terjadi perubahan besar dalam pola
berpikir manusia dari mitos–mitos kepada pemikiran–pemikiran rasional.
Setelah abad ke 6 SM ketika filsafat tampil ke pentas dunia, mitos dan dongeng
sekian lama diyakini sebagai yang menjelaskan gejala–gejala alam dan teka-teki
relasi antar manusia, manusia dengan alam sekitar dan dengan alam gaib dianggap
runtuh. Manusia yang dulunya pasif dan pasrah dalam menghadapi fenomena alam
menjadi lebih akrif dan kreatif dan mau menguasai alam ini. Alam menjadi objek
kuasa dan penelitian manusia.
a) Zaman
Pra Yunani Kuno
·
Mitologi dianggap sebagai dasar kuat
untuk menjelaskan segala sesuatu dalam alam dan bahkan menjelaskan teka–teki
alam semesta. Lewat cara ini manusia sudah mulai dilatih untuk mulai berpikir.
·
Kesusastraan Yunani; sebelum
filsafat secara formal lahir sudah karya–karya besar HOMOREUS seperti Lliad dan
Odysseas, dimana syair dalam karya–karya tersebut selalu digunakan sebagai
buku-buku pendidikan untuk rakyat yunani.
·
Sudah ada ilmu pengetahuan di timur
kuno. Terdapat banyak kebudayaan lain disekitar Yunani yang berperadapaban
tinggi dimana sudah menemukan ilmu-ilmu pengetahuan tertentu seperti ilmu ukur
dan ulmu hitung.
b) Zaman
Yunani Kuno
Pada zaman ini yunani tidak lagi dikuasai oleh mitos- mitos
melainkan oleh Logos (rasio). Sikap ingin tahu dan menemukan hal hal yang baru.
Sikap inilah yang menjadi dasar ilmu pengetahuan modern.
ü Zaman Pra Socrates
Para tokoh Pra Sokrates ini dikenal sebagai filsuf alam.
Ciri yang menonjol pada masa ini adalah pengamatan terhadap gejala kosmis dan
fisis untuk mencari dan menemukan prinsip atau asas (arche) dari segala
sesuatu.
Thales (640-550 SM) melihat air sebagai asas.
Aaximander (611-545 SM) menyebut to apeiron sesuatu yang tak
terbatas
Phitagoras (580-500 SM) menyebut bilangan atau angka sebagai
yang menjelaskan sesuatu
Heraklitus dan Parmenides (515 SM) mempersoalkan realitas
yang stabil atau labil. Heraklitus memperkenalkan Panta rhei, bahwa segala
sesuatu selalu bergerak dan berubah-ubah seperti air yang senantisa mengalir.
Parmenides sebaliknya mengklaim bahwa realitas itu tetap dan berubah.
Heraklitikus (540-475 SM) menyebut api sebagai asas dasar.
ü Zaman Pasca Socrates
Zaman pasca socrates dapat dilihat sebagai zaman keemasan
Yunani ketika dipimpin oleh Pericles. Filsafat berkembang dengan amat baik.
Protagoras mengatakan bahwa manusia adalah ukuran untuk
segala sesuatu. Hal tersebut bertentangan dengan Sokrates yang lebih
mengutamakan yang benar dan yang baik.
ü Zaman Socrates atau Zama Para Sufi
Sokrates (460-370 SM) menerapkan metode filsafat dalam
kehidupan sehari hari yang disebut dengan dialektika atau elenchus atau
maieutika techne (kebidanan)
Plato (428-348 SM) Plato mengakui adanya dua kenyataan yang
terpisah. Ada dunia riil dan ada juga dunia bayangan atau tidak riil.
Aristoteles (384-322 SM). Aristoteles membedakan sebab sebab
pengetahuan manusia dan mengklaim bahwa setiap kejadian memiliki empat macam
yaitu; sebab material (bersumber dari mana), Sebab formal (bentuk yang menyusun
bahan), sebab efisien (sumber kejadian) dan sebab final (tujuan dari kejadian).
Filsafat Abad Pertengahan (6-15 M)
Abad pertengahan ditandai dengan teosentrisme dan para
pengemban utama adalah para teolog. Ilmu–ilmu atau filsafat dilihat sebagai
pelayan agama dan terjadinya kemerosotan penemuan–penemuan pada bidang ilmu dan
filsafat karena otoritas agama dalam Gereja yang terlalu besar dan otoriter.
Kelahiran
Ilmu Pada Jaman Renaisans
Zaman renaisans ditandai oleh zaman kebangkitan dan
kelahiran kembali perkembangan peradaban, seni, sastra pada masa lalu sekaligus
zaman terbebasnya pikiran manusia dari pelbagai ajaran dogmatis agama.
Kesadaran atas kuasa manusia atas alam semesta semakin mononjol dan kemajuan
dunia tergantung pada usaha dan hasil kerja manusia sendiri. Beberapa penemu
yang sangat berpengaruh dalam perkembangan teknologi adalah seperti Franncis
Bacon menemukan kompas dan mesiu, N.Kopernikus yang mengatakan bahwa planet
mengelilingi pusat matahari, Johanes Kepler mengatakan bahwa benda langit
bergerak mengikuti lintasan elips, Galileo Galilei menemukan teropong bintang.
Zaman
Modern
Pada zaman modern terdapat dua unsur penting yaitu
berkurangnya kuasa Gereja dan menguatnya kuasa ilmu pengetahuan. Pengetahuan
tidak mutlak berasal dari kitab suci atau dogma – dogma gereja, bukan juga dari
kuasa – kuasa feodal melainkan dari diri manusia sendiri. Pada zaman
modern muncul beberapa aliran seperti Kritisisme yang dipeloppori oleh Kant,
aliran Idealisme oleh Plato, Aliran Positivisme oleh August Comte dan aliran
Marxisme oleh Karl Marx.
Zaman
Kontemporer
Pada abad ini tugas filsafat bukanlah membuat pernyataan–pernyataan
tentang sesuatu yang khusus tetapi memcahkan persoalan yang timbul akibat
ketidaksepahaman terhadap bahasa logika. Tujuan filsafat ialah memberikan
penjelasan logis terhadap pikiran dan ide-ide. Filsafat bukanlah doktrin
melainkan aktivitas yaitu penjelasan atau logos. Dalam abad 20 muncul banyak
aliran filsafat dan merupakan penerusan filsafat–filsafat abad modern.
Aliran – Aliran Filsafat
Terdapat banyak aliran dalam filsafat tetapi semuanya dapt
dipulangkan kepada empat aliran pokok yaitu: naturalisme, idealisme, realisme
dan pragmatisme, rasionalisme, empirisme, positivisme.
Naturalisme
Paham naturalisme menganggap alam sebagai satu-satunya hal
yang nyata. Ajaran ini berasal dari Democritus, yang lahir kira-kira 460 SM. Ia
menyatakan bahwa apabila atom-atom terkombinasi akan terbentuklah tubuh yang
alami dan orang akan mati ketika atom-atom yang menyusun tubuhnya terpisah.
Paham naturalisme menolak setiap alasan yang mengklaim
adanya alam gaib atau supranatural dan juga menolak wahyu sebagai wahana
memperoleh kebenaran. Menurut paham ini alam fisik adalah pusat dari alam
semesta. Manusia dikendalikan oleh alam dan tindakan manusia adalah hasil dari
hukum alam dalam sistem sebab akibat.
Pandangan aliran naturalisme terhadap pendidikan dikemukakan
oleh Rousseau yang menyatakan bahwa manusia harus di didik sesuai dengan
hukum–hukum alam dan bahwa kebaikan alamiah dari manusia harus dipertahankan.
Dan tujuan pendidikan menurut Rousseau adalah kehendak alam tanpa campur tangan
dari pengaruh lainnya.
Menurut paham Naturalisme pendidikan harus merupakan alat
bagi proses pertumbuhan fisik dan perkembangan metal, harus dijalani dengan
gembira dan harus melibatkan aktifitas yang spontan dari si anak. Pendidikan
jasmani dan pendidikan mental sangatlah penting.
Idealisme
Bagi filsafat idealisme pikiran dan penalaran (reason)
adalah hal-hal penting dalam realita. Penganut paham ini merasa bahwa diatas
dunia fisik terdapat dunia pikiran dan roh. Menurut kaum idealis manusia
bukanlah ukuran bagi semua hal. Ada suatu sistem yang lebih besar diatas
keberadaan manusia. Manusia hidup di bawah aspek hukum yang terdapat bukan pada
aspek fisik tetapi pada moral dan spritual. Berbeda dengan hewan manusia
mempunyai keyakinan dan ia mempunyai roh yang tidak hanya digerakkan oleh kehidupan
duniawinya tetapi juga kehidupan spritualnya. Dalam alam spritualnya manusia
menemui derajat diri yang lebih tinggi.
Realisme
Realisme adalah filsafat yang berkenaan dengan hal-hal yang
ilmiah. Kaum realis sangat tergantung kepada peneliti ilmiah. Kebenaran harus
dicari dengan jalan eksperimen. Tujuan realisme adalah utuk melihat hal
sebagaimana adanya dan bagaimana manusia harus menyesuaikan diri dengan realita
ini.
Pragmatisme
Paham pragmatisme mempertanyakan efektifnya suatu ide dalam
praktek. Sesuatu ide disebut baik kalau hasilnya dalam praktek adalah baik,
demikian pula sebaliknya. Bagi kaum pragmatisme kebenaraan ditafsirkan menurut
keadaannya dalam praktek. Yang terpenting dalam pragmatisme adalah tindakan
(action) kerena itu kaum pragmatis sangat menekankan sesuatu yang praktis,
efisien dan memuaskan.
Pragmatisme adalah suatu bentuk dari empirisme karena ia
berpendapat bahwa pengetahuan tentang alam didasarkan atas pengalaman dan
percobaan (eksperimen) atau atas obserbasi dan innduksi. Ia menolak pencarian
kebenaran melalui spekulasi ineliktualsitik, justru menurutnya kebenaran atau
validitas dari suatu prinsip atau keyakinan bergantung kepada effeknya
dalam praktek.
Rasionalisme
Rasionalisme adalah ilmu yang berpandangan bahwa rasio
adalah sumber dari segala pengetahuan. Dengan demikian, kriteria
kebenaran berbasis pada intelektualitas. Strategi pengembangan ilmu
model rasionalisme, dengan demikian, adalah mengeksplorasi gagasan dengan
kemampuan intelektual manusia.
Tokoh-tokoh rasionalisme diantaranya adalah Descartes,
Leibniz dan Spinoza. Benih rasionalisme sebenarnya sudah ditanam sejak jaman
Yunani kuno. Salah satu tokohnya, Socrates, mengajukan sebuah proposisi yang
terkenal bahwa sebelum manusia memahami dunia ia harus memahami dirinya
sendiri. Kunci untuk memahami dirinya itu adalah kekuatan rasio. Para pemikir
rasionalisme berpandangan bahwa tugas dari para filosof diantaranya adalah
membuang pikiran irasional dengan rasional.
Sumbangan rasionalisme tampak nyata dalam membangun ilmu
pengetahuan modern yang didasarkan pada kekuatan pikiran atau rasio manusia.
Hasil-hasil teknologi era industri dan era informasi tidak dapat dilepaskan
dari andil rasionalisme untuk mendorong manusia menggunakan akal pikiran dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan untuk kesejahteraan manusia.
Empirisme
Empirisme adalah sebuah orientasi filsafat yang berhubungan
dengan kemunculan ilmu pengetahuan modern dan metode ilmiah. Empirisme
menekankan bahwa ilmu pengetahuan manusia bersifat terbatas pada apa yang dapat
diamati dan diuji. Oleh karena itu, aliran empirisme memiliki sifat kritis
terhadap abstraksi dan spekulasi dalam membangun dan memperoleh ilmu. Strategi
utama pemerolehan ilmu, dengan demikian, dilakukan dengan penerapan metode
ilmiah. Para ilmuwan berkebangsaan Inggris seperti John Locke, George Berkeley
dan David Hume adalah pendiri utama tradisi empirisme.
Sumbangan utama dari aliran empirisme adalah lahirnya ilmu
pengetahuan modern dan penerapan metode ilmiah untuk membangun pengetahuan.
Selain itu, tradisi empirisme adalah fundamen yang mengawali mata rantai
evolusi ilmu pengetahuan sosial, terutama dalam konteks perdebatan apakah ilmu
pengtahuan sosial itu berbeda dengan ilmu alam. Sejak saat itu, empirisme
menempati tempat yang terhormat dalam metodologi ilmu pengetahuan sosial.
Acapkali empirisme diparalelkan dengan tradisi positivism. Namun demikian
keduanya mewakili pemikiran filsafat ilmu yang berbeda.
Positivisme
Positivisme adalah doktrin filosofi dan ilmu pengetahuan
sosial yang menempatkan peran sentral pengalaman dan bukti empiris sebagai
basis dari ilmu pengetahuan dan penelitian. Terminologi positivisme dikenalkan
oleh Auguste Comte untuk menolak doktrin nilai subyektif, digantikan oleh fakta
yang bisa diamati serta penerapan metode ini untuk membangun ilmu pengetahuan
yang diabdikan untuk memperbaiki kehidupan manusia.
Tokoh-tokoh yang paling berpengaruh dalam mengembangkan
tradisi positivisme adalah Thomas Kuhn, Paul K. Fyerabend, W.V.O. Quine, and
filosof lainnya.
Ø
FILSAFAT
ILMU
Pengertian-pengertian tentang filsafat ilmu, telah banyak
dijumpai dalam berbagai buku maupun karangan ilmiah. Filsafat ilmu adalah
segenap pemikiran reflektif terhadap persoalan-persoalan mengenai segala hal
yang menyangkut landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala segi dari
kehidupan manusia. Filsafat ilmu merupakan suatu bidang pengetahuan
integrative yang eksistensi dan pemekarannya bergantung pada hubungan
timbal-balik dan saling-pengaruh antara filsafat dan ilmu. ilmu merupakan
kumpulan pengetahuan yang di susun secara sistematis, dengan menggunakan
metode-metode tertentu.
Filsafat ilmu merupakan penerusan pengembangan filsafat
pengetahuan. Objek dari filsafat ilmu adalah ilmu pengetahuan. Oleh karena itu
setiap saat ilmu itu berubah mengikuti perkembangan zaman dan keadaan.
Pengetahuan lama menjadi pijakan untuk mencari pengetahuan baru.
Untuk memahami arti dan makna filsafat ilmu, di bawah ini
dikemukakan pengertian filsafat ilmu dari beberapa ahli yang terangkum
dalam sejumlah literatur kajian Filsafat Ilmu.
·
Robert Ackerman “philosophy of
science in one aspect as a critique of current scientific opinions by
comparison to proven past views, but such aphilosophy of science is clearly not
a discipline autonomous of actual scientific paractice”. (Filsafat ilmu
dalam suatu segi adalah suatu tinjauan kritis tentang pendapat-pendapat ilmiah
dewasa ini dengan perbandingan terhadap kriteria-kriteria yang dikembangkan
dari pendapat-pendapat demikian itu, tetapi filsafat ilmu jelas bukan suatu
kemandirian cabang ilmu dari praktek ilmiah secara aktual.
·
Lewis White Beck “Philosophy of
science questions and evaluates the methods of scientific thinking and tries to
determine the value and significance of scientific enterprise as a whole. (Filsafat
ilmu membahas dan mengevaluasi metode-metode pemikiran ilmiah serta mencoba
menemukan dan pentingnya upaya ilmiah sebagai suatu keseluruhan)
·
Cornelius Benjamin “That
philosopic disipline which is the systematic study of the nature of science,
especially of its methods, its concepts and presuppositions, and its place in
the general scheme of intellectual discipines. (Cabang pengetahuan
filsafati yang merupakan telaah sistematis mengenai ilmu, khususnya
metode-metodenya, konsep-konsepnya dan praanggapan-praanggapan, serta letaknya
dalam kerangka umum cabang-cabang pengetahuan intelektual.)
·
Michael V. Berry “The study of
the inner logic if scientific theories, and the relations between experiment
and theory, i.e. of scientific methods”. (Penelaahan tentang logika interen
dari teori-teori ilmiah dan hubungan-hubungan antara percobaan dan teori, yakni
tentang metode ilmiah.)
Filsafat ilmu merupakan telaah kefilsafatan yang ingin
menjawab pertanyaan mengenai hakikat ilmu, yang ditinjau dari segi ontologis,
epistemelogis maupun aksiologisnya. dengan kata lain filasafat ilmu merupakan
bagian dari epistemologi (filsafat pengetahuan), ontologis (hakekat dari
kenyataan) dan aksiologi (nilai atau sesuatu yang berharga) yang secara
spesifik mengkaji tentang hakikat ilmu.
Secara umum ontologi apa yang dikaji pengetahuan itu? Objek
apa yang ditelaah ilmu? Bagaimana ujud yang hakiki dari objek tersebut?
Bagaimana hubungan antara objek dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir,
merasa, dan mengindera) yang membuahkan pengetahuan?.
Pokok bahasan Epistemologi adalah Bagaimana proses yang
memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu? Bagaimana prosedurnya?
Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar kita mendapat pengetahuan yang benar?
Apa yang disebut kebenaran itu sendiri? Apakah kriterianya? Cara, teknik,
sarana apa yang membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu?
Dan bagaimana cara mendapatkan pengetahuan tersebut?
Sedangkan Aksiologi membahas Untuk apa pengetahuan yang
berupa ilmu itu dipergunakan? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut
dengan kaidah kaidah moral? Bagaimana penentuan objek yang ditelaah berdasarkan
pilihan-pilihan moral? Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang merupakan
operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral/ profesionalisasi?
Dengan mengetahui hal tersebut diatas mudah untuk membedakan
berbagai jenis ilmu pengetahuan yang terdapat dalam khasanah kehidupan manusia.
Filsafat ilmu berusaha untuk dapat
menjelaskan masalah-masalah seperti: apa dan bagaimana suatu konsep dan
pernyataan dapat disebut sebagai ilmiah, bagaimana konsep tersebut dilahirkan,
bagaimana ilmu dapat menjelaskan, memperkirakan serta memanfaatkan alam melalui
teknologi; cara menentukan validitas dari sebuah informasi; formulasi dan
penggunaan metode ilmiah; macam-macam penalaran yang dapat digunakan untuk
mendapatkan kesimpulan; serta implikasi metode dan model ilmiah terhadap
masyarakat dan terhadap ilmu pengetahuan itu sendiri.
Filsafat ilmu merupakan paparan dugaan dan kecendrungan yang
tidak terlepas dari para ilmua yang menelitinya, filsafat ilmu juga dapat
dimaknai dengan sebagai suatu disiplin, konsep dan teori tentang ilmu yang
sudah dianalisis serta di klasifikasikan. Ada beberapa inti dari tujuan
mempelajari filsafat ilmu, antara lain :
·
Mencari kebenaran
·
Mencari fakta
·
Berfikir secara logika, dan
·
Mengkonfirmasi atas apa yg diperoleh
dari indra.
Selain itu juga terdapat ciri dan cara kerja dari filsafat
ilmu itu sendiri yaitu;
·
Mengkaji dan menganalisis
konsep-konsep, asumsi dan metode ilmiah
·
Mengkaji keterkaitan ilmu yang satu
dengan ilmu yang lain
·
Mengkaji persamaan ilmu yang satu
dengan ilmu yang lain, tanpa mengabaikan persamaan
kedudukan masing-masing ilmu
·
Mengkaji cara perbedaan satu ilmu
dengan ilmu yang lain
·
Menkaji dan menganalisis konseptual
dan bahasa yang digunakannya
·
Menyelidiki berbagai dampak ilmiah
terhadap
·
Cara pandang manusia
·
Hakikat manusia
·
Nilai-nilai yang dianut manusia
·
Tempat tinggal manusia
·
Sumber-sumber pengetahuan dan
hakikatnya
·
Logika dan matematika
·
Logika dan matematika dengan
realitas yang ada
Ada beberapa fungsi dari filsafat ilmu yang dapat diambil
· alat untuk menelusuri kebenaran segala hal-hal yang dapat
disaksikan degan panca indra dan
dapat diterangkan serta dinilai secara ilmiah
·
memberikan pengertian tentang cara
hidup dan pandangan hidup
·
panduan tentang ajaran moral dan
etika
·
sumber ilham dan panduan untuk
menjalani berbagai aspek kehidupan
·
sarana untuk mempertahankan,
mendukung, menyerang atau juga tidak memihak terhadap pandangan filsafat
lainnya
dengan demikian filsafat ilmu merupakan telaah kefilsafatan
yang ingin menjawab pertanyaanmengenai hakikat ilmu. Dengan demikian filsafat
ilmu sangatlah penting keberadaannya bagi pengembangan ilmu pengetahuan, karena
filsafat adalah pioner bagi ilmu-ilmu lainnya.
Ø
FILSAFAT
OLAHRAGA
Dalam garis besarnya, filsafat olahraga merupakan suatu
studi yang mendalam tentang hakekat olahraga dan peran yang dimainkan dalam
budaya. Dalam mencari tahu tentang hakekat olahraga, filsafat olahraga mencoba
melakukan studi yang mendalam tentang konsep-konsep olahraga yang ada melalui
berpikir kritis dan bebas.
Defenisi Filsafat Olahraga
Filsafat olahraga dapat didefenisikan sebagai suatu bidang
kajian yang berusaha untuk memahami hakikat, mempersolakan suatu isu secara
kritis, guna memperoleh pengetahuan yang paling hakiki dalam bidang
keolaharagaan.
Menerapkan filsafat dalam olahraga berarti menggunakan
metode filsafat dalam mendiskusikan masalah-masalah olahraga dengan cara:
a. Menganalisis
suatu masalah dalam hal apa yang dijadikan sebagai dasar ontologisnya.
b. Memeriksa
masalah tersebut dengan melihat argumen dari pihak yang mendukung dan
menyangkalnya.
c. Membandingkan
tujuan dari olahraga secara mendalam. Hal ini berkaitan dengan upaya untuk
menemukan nilai-nilai dalam kehidupan atau budaya.
d. Untuk
menemukan apa yang perlu kita ketahui tentang olahraga dan perlu mempelajari
apa yang sebenarnya kita ketahui tentang olahraga, Dalam budaya terdapat banyak
kepercayaan tentang olahraga, perlu juga dibuktikan mana yang merupakan mitos
dan mana yang kenbenarannya dapat dibuktikan.
e. Kajian
filosofis terhadap olahraga dilakukan untuk menghasilkan pedoman praktis untuk
berirtindak. Dari hasil kajian yang mendalam mungkin kita dapat menemukan
pedoman olahraga untuk masa depan.
f. Untuk
menghasilkan pemahaman yang lebih mendalam tentang olahraga. Banyak kajian
olahraga yang bersifat dangkal. Dan yang diharapkan adalah suatu pemahaman yang
lebih mendalam sehingga dapat diketahui nilai-nilai yang terdapat dalam
kegiatan olahraga untuk meningkatkan taraf hidup. Dengan perkataan lain apakah
makna olahraga dalam kehidupan?
Ø Filsafat hukum
Filsafat hukum adalah cabang
filsafat yang membicarakan apa hakekat hukum itu, apa tujuannya, mengapa dia
ada dan mengapa orang harus tunduk kepada hukum. Disamping menjawab
pertanyaan masalah-masalah umum abstrak tersebut, filsafat hukum juga membahas
soal-soal kongkret mengenai hubungan antara hukum dan moral (etika) dan masalah
keabsahan berbagai macam lembaga hukum.
Kajian tentang filsafat hukum merupakan studi yang sifatnya
mendasar dan komprehensif dalam ilmu hukum. Hal ini karena filsafat hukum
merupakan landasan bagi hukum positif yang berlaku di suatu negara, demikian
halnya dalam pengaturan HAM. Landasan filsafat negara sangat menentukan
bagaimana pola pengaturan HAM di negara yang bersangkutan, apakah negara itu
berpaham liberalis, sosialis maupun Pancasialis. Pancasila sebagai
philosophische gronslag bangsa Indonesia merupakan dasar dari filsafat hukum
Pancasila yang selanjutnya menjadi dasar dari hukum dan praktek hukum di
Indonesia. perenungan dan perumusan nilai-nilai filsafat hukum juga mencakup
penyerasian nilai-nilai, misalnya penyerasian antara ketertiban dengan
ketentraman, antara kebendaan dengan keakhlakan, dan antara kelanggengan dengan
konservatisme dengan pembaharuan (purnadi purbacaraka&soerjono soekanto
1979:11).
Dapat judga dikatakan bahwa filsafat hukum adalah cabang
filsafat yang membicarakan apa hakekat hukum itu, apa tujuannya, mengapa dia
ada dan mengapa orang harus tunduk kepada hukum. Disamping menjawab pertanyaan
masalah-masalah umum abstrak tersebut, filsafat hukum juga membahas soal-soal
kongkret mengenai hubungan antara hukum dan moral (etika) dan masalah keabsahan
berbagai macam lembaga hukum. Kajian tentang filsafat hukum merupakan studi
yang sifatnya mendasar dan komprehensif dalam ilmu hukum. Hal ini karena
filsafat hukum merupakan landasan bagi hukum positif yang berlaku di suatu
negara, demikian halnya dalam pengaturan HAM.
Ø
FILSAFAT PENDIDIKAN
Seacara umum pengertian
filsafat pendidikan bisa diartikan salah satu cabang filsafat yang
ruang lingkupnya terfokus dalam bidang pendidikan.
Berikut ini, beberapa pengertian filsafat pendidikan menurut para ahli:
Berikut ini, beberapa pengertian filsafat pendidikan menurut para ahli:
- Muhammad Labib al-Najihi: Filsafat pendidikan adalah suatu aktivitas yang teratur yang menjadikan filsafat itu sebagai jalan mengatur, menyelaraskan dan memadukan proses pendidikan.
- Kilpatrik dalam Buku Philosophy of Education menyebutkan "Philisophizing and education are, then, but two stages of the same endeavo; Philisophizing to think out better values and idealism, education to realize these in life, in human personality. Education acting out of the best direction philosophizing in can give, tries and beginning primarly wit h the young, t o lead people to build critrised values to their characters, and in this way to get the highest ideals of philosophy progressively embodied in their lives." Berfilsafat dan mendidik adalah dua fase dalam satu usaha. Berfilsafat adalah memikirkan dan mempert imbangkan nilai-nilai dan cita-cita yang lebih baik, sedangkan mendidik ialah usaha merealisasi nilai-nilai dan cita-cita itu didalam kehidupan dan dalam kepribadian manusia. Mendidik ialah mewujudkan nilai-nilai yang disumbangkan filsafat, dimulai dengan generasi muda, untuk membimbing rakyat membina nilai-nilai di dalam kepribadian mereka, dan melembagakannya dalam kehidupan mereka.
- John Dewey memandang pendidikan sebagai suatu proses pembentukan kemampuan dasar yang fundamental, baik menyangkut daya pikir (intelektual) maupun daya perasaan (emotional) menuju kearah tabi’at manusia, maka filsafat juga dapat diartikan sebagai teori umum pendidikan (Democracy and Educat ion, p. 383)
- Prof. Brameld berkata tentang pengertian filsafat pendidikan : That is, we should bring philosophy to bear upon the problems of education as effiently…Kita harus membawa filsafat guna mengatasi persoalan-persoalan pendidikan secara efisien, jelas, dan sistematis sedapat mungkin…);
- Van Cleve Morris menyatakan : “Secara ringkas kita mengatakan bahwa pendidikan adalah studi filosofis, karena ia pada dasarnya, bukan alat social semata untuk mengalihkan cara hidup secara menyeluruh kepada setiap generasi, akan tetapi ia juga menjadi agen (lembaga) yang melayani hati nurani masyarakat dalam perjuangan mencapai hari depan lebih baik (Van Cleve Morris, Becamingan Education, p.57 dalam buku Filsafat Pendidikan Islam, Prof HM. Arifin, Med, p. 3)
Aliran filsafat pendidikan:
- Filsafat pendidikan progresivisme yang didukung oleh filsafat pragmatisme.
- Filsafat pendidikan esensialisme yang didukung oleh idealisme dan realisme; dan
- Filsafat pendidikan perenialisme yang didukung oleh idealisme.
Obyek Kajian Filsafat Pendidikan
Dalam rangka menggali, menyusun, dan mengembangkan pemikiran kefilsafatan tentang pendidikan terutama pendidikan Islam, maka perlu diikuti pola dan pemikiran kefilsafatan pada umumnya.
Adapun pola dan sistem pemikiran kefilsafatan sebagai suatu ilmu adalah:
Dalam rangka menggali, menyusun, dan mengembangkan pemikiran kefilsafatan tentang pendidikan terutama pendidikan Islam, maka perlu diikuti pola dan pemikiran kefilsafatan pada umumnya.
Adapun pola dan sistem pemikiran kefilsafatan sebagai suatu ilmu adalah:
- Pemikiran kefilsafatan harus bersifat sistematis, dalam arti cara berfikirnya bersifat logika dan rasional tentang hakikat permasalahan yang dihadapi. Hasil pemikirannya tersusun secara sistematis artinya satu bagian dengan bagian lainnya saling berhubungan.
- Tinjauan terhadap permasalahan yang dipikirkan bersifat radikal artinya menyangkut persoalan yang mendasar sampai keakar-akarnya.
- Ruang lingkup pemikirannya bersifat universal, artinya persoalan-persoalan yang dipikirkan mencakup hal-hal yang menyeluruh dan mengandung generalisasi bagi semua jenis dan tingkat kenyataan yang ada di alam ini, termasuk kehidupan umat manusia, baik pada masa sekarang maupun masa mendatang.
- Meskipun pemikiran yang dilakukan lebih bersifat spekulatif, artinya pemikiran-pemikiran yang tidak didasari dengan pembuktian-pembuktian empiris atau eksperimental (seperti dalam ilmu alam), akan tetapi mengandung nilai-nilai obyektif. Dimaksud dengan nilai obyektif oleh permasalahannya adalah suatu realitas (kenyataan) yang ada pada obyek yang dipikirkannya.
TUGAS 1 FILSAFAT OLAHRAGA
DOSEN PEMBIMBING:
NAMA:
NIM :
JURUSAN
PROGRAM STUDI
UNIVERSITAS NEGRI PADANG
0 comments:
Post a Comment