Monday 17 December 2012

FILSAFAT



1.     FILSAFAT
Pengertian
Untuk memperoleh pengertian tentang filsafat diperlukan kajian yang mendalam tetang filsafat itu sendiri. Pengertian filsafat dari para filsuf selalu berbeda-beda. Pengertian filsafat dapat ditinjau dari dua segi, yaitu pengertian secara Etimologi dan pengertian secara Terminologi.

Pengertian Filsafat Secara Etimologi
Secara etimologik filsafat berasal dari bahasa Yunani yaitu Philosophia. Kata ini terdiri dari philein yang berarti kasih, liefdi yang berarti cinta atau love, dan sophia yang berarti kebijakan atau wisdom. Jadi dapat diartikan secara etimologik bahwa filsafat  adalah cinta kebijakan (love of wisdom).

Pengertian Filsafat Secara Terminologi
a.  Plato
Filsafat adalah pengetahuan yang berminat mencapai pengetahuan kebenaran yang asli.
b.  Aristoteles
Filsafat adalah ilmu (pengetahuan) yang meliputi kebenaran yang terkandung di dalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika atau filsafat keindahan.
c.   Rene Descartes
Filsafat adalah kumpulan segala pengetahuan dimana Tuhan, alam, dan manusia menjadi pokok penyelidikan.
d.  Immanuel Kant
Filsafat adalah ilmu (pengetahuan) yang menjadi pokok pangkal dari segala pengetahuan, yang di dalamnya tercakup masalah epistemologi (filsafat pengetahuan) yang menjawab persoalan apa yang dapat kita ketahui.
e.   Langeveld
Filsafat adalah berpikir tentang masalah-masalah yang akhir dan yang menentukan, yaitu masalah-masalah yang mengenai makna keadaan, Tuhan, keabadian, dan kebebasan.
f.          Prof. Mr. Muhammad Yamin
Filsafart ialah pemusatan pikiran sehingga manusia menemui kepribadiannya seraya di dalam kepribadiannya itu dialaminya kesungguhan.
g.       Prof. Dr. Ismaun. M. Pd
Filsafat adalah Usaha Pemikiran dan Renungan Manusia dengan Akal dan Kalbunya secara  sungguh-sungguh yakni secara kritis sestematis, fundamentalis, universal, integral dan radikal untuk mencapai dan menemukan kebenaran yang hakiki (pengetahuan, kearifan atau kebenaran yang sejati)
h.       Betran Russel
Filsafat adalah suatu yang berada di tengah-tengah antara teologi dan sience.
i.           Harold H. Titus
Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis.
j.           Walter Cufmann
Filsafat adalah pencarian akan kebenaran dengan pertolongan fakta-fakta dan argumentasi- argumentasi tanpa menimbulkan kekerasan dan tanpa mengetahui hasilnya terlebih dahulu.




Terdapat tiga karakteristik berpikir filsafat yakni:

1. Sifat menyeluruh: seseorang ilmuwan tidak akan pernah puas jika hanya mengenal ilmu hanya dari segi pandang ilmu itu sendiri. Dia ingin tahu hakikat ilmu dari sudut pandang lain. Hal ini akan membuat ilmuwan tidak merasa sombong dan paling hebat. Di atas langit masih ada langit. contoh: Socrates menyatakan dia tidak tahu apa-apa.
2. Sifat mendasar: yaitu sifat yang tidak saja begitu percaya bahwa ilmu itu benar. Mengapa ilmu itu benar? Bagaimana proses penilaian berdasarkan kriteria tersebut dilakukan? Apakah kriteria itu sendiri benar? Lalu benar sendiri itu apa? Seperti sebuah pertanyaan yang melingkar yang harus dimulai dengan menentukan titik yang benar.
3. Spekulatif: dalam menyusun sebuah lingkaran dan menentukan titik awal sebuah lingkaran yang sekaligus menjadi titik akhirnya dibutuhkan sebuah sifat spekulatif baik sisi proses, analisis maupun pembuktiannya. Sehingga dapat dipisahkan mana yang logis atau tidak.
B.    Metode Filsafat
Metode filsafat adalah metode bertanya. Objek forma filsafat adalah ratio yang bertanya. Obyek materinya semua yang ada. Maka menjadi tugas filsafat mempersoalkan segala sesuatu yang ada sampai akhirnya menemukan kebijaksanaan universal.
  C. Pembagian Bidang Ilmu Filsafat
·         A. Sonny Keraf membedakan ilmu filsafat menjadi 5 cabang besar: (1) metafisika atau ilmu tentang yang ada sebagai ada; (2) epistemologi atau filsafat ilmu pengetahuan; (3) etika atau filsafat moral yang berbicara mengenai baik-buruknya perilaku manusia; (4) logika berbicara mengenai cara berpikir lurus dan tepat; (5) estetika atau filsafat keindahan berbicara tentang seni.
·         Aristoteles memasukkan ke dalam bidang filsafat: logika, etika, estetika, psikologi, filsafat politik, fisika, dan metafisika. Pembagiannya terhadap bidang-bidang ilmu, mempunyai tiga bagian: ilmu-ilmu teoritis, ilmu-ilmu praktis, dan ilmu-ilmu produktif.
·         Christian Wolff membagi filsafat menjadi: logika, filsafat pertama, ontologi, teologi, kosmologi, psikologi rasional, etika, dan teori pengetahuan. Disiplin-disiplin ini dibagi menjadi tiga bagian: teoritir, praktis dan kriteriologis.
Dewasa ini, bidang-bidang filsafat diketahui meliputi kebanyakan disiplin yang disebut di atas tadi, meski ada kekecualian, seperti fisika dan psikologi telah mendapat privilesenya sendiri. Filsafat sering dianggap sebagai ilmu politik. Teologi telah digantikan oleh filsafat agama.
Di samping itu, tanggung jawab filsafat terhadap bidang-bidang lain semakin diakui melalui perkembangan filsafat, studi dan kursus interdisipliner. Yang paling penuh perkembangannya adalah filsafat ilmu pengetahuan. Disiplin ini mengandung anataf filsafat ilmu-ilmu alam dan filsafat ilmu-ilmu sosial: filsafat sejarah, filsafat agama, filsafat hukum, dan filsafat pendidikan.



D. Beberapa Cabang Filsafat
·           Filsafat Alam 
Obyeknya: alam kehidupan dan alam bukan kehidupan. Tujuannya: menjelaskan fenomena alam dari aspek eksistensi fenomena tersebut dan menelusuri syarat-syarat kemungkinan. 
·         Filsafat Analitis
Ilmu memusatkan perhatian pada bahasa dan upaya untuk menganalisis pernyataan (konsep, atau ungkapan kebahasaan aatau bentuk-bentuk logis. Tujuannya ialah untuk menemukan pernyataan-pernyataan yang berbentuk logis dan ringkas dan yang terbaik, yang cocok dengan fakta atau arti yang disajikan. 
·            Filsafat Bahasa Sehari-hari
Paham ini berpandangan bahwa dengan menganalisis bahasa biasa (makna, implikasi, bentuk dan fungsinya) kita dapat memperlihatkan kebenaran mengenai kenyataan. Dengan analisis bahasa biasa kita dapat memahami masalah pokok filsafat dan sekaligus dapat memecahkannya.
·         Filsafat Gestalt
Salah satu pandangan filsafat ini berpandangan bahwa realitas merupakan dunia tempat organisme fisik memberikan tanggapan dalam proses mengatur struktur-struktur atau keseluruhan yang diamati.
·         Filsafat Kebudayaan
Filsafat ini memberikan gambaran keseluruhan mengenai gejala kebudayaan (bentuk, nilai dan kreasinya). Tugasnya untuk menyelidiki hakekat kebudayaan, memahaminya berdasarkan sebab-sebab dan kondisi-kondisinya yabg esensial. Filsafat ini juga bertugas untuk menjabarkan pada tujuan-tujuannya yang paling mendasar dan karena itu juga menemukan arah dan luas perkembangan budaya.
·           Filsafat Kehidupan
Filsafat kehidupan dalam bahasa sehari-hari berarti (1) cara tau pandangan hidup. Dan ini bertujuan mengatur segalanya secara praktis. (2) Etika sebagai ilmu yang berbicara mengenai tujuan dan kaidah-kaidah kehidupan dapat juga disebut sebagai filsafat kehidupan.
 Dari pemaparan di atas, ilmu filsafat merupakan ilmu yang lahannya luas dan rumit. Untuk mereka yang berminat pada filsafat, mereka harus mempelajari pengantar-pengantar ke bidang filsafat. Peminat Ilmu filsafat di Indonesia semakin berkembang. Hal ini terlihat berkembangnya peminat filsafat di perguruan tinggi/ sekolah tinggi filsafat baik yang dikelola pemerintah maupun swasta nasional. Semoga informasi ini bermanfaat bagi siapa saja yang mencintai kebijaksanaan.

2. CIRI-CIRI FILSAFAT
Ciri-ciri filsafat menurut Drs. Asmoro Asmadi (Asmoro, Asmadi;129):
  1. Sangat umum
  2. Tidak faktual artinya membuat dugaan-dugaan yang masuk akal dengan tidak berdasarkan pada bukti  tetapi bukan berarti tidak ilmiah
  3. Bersangkutan dengan nilai  dimana penilaian yang dimaksud adalah yang baik dan buruk yang susila dan asusila
  4. Berkaitan dengan arti
  5. Implikatif
  6. Menyeluruh
Ciri-ciri filsafat menurut Drs. Suyadi MP dan Drs. Sri suprapto widodonongrat:
Artinya pemikiran yang luas
  1. Mendasar Artinya, pemikiran yang dalam sampai kepada hasil yang fundamental atau esensial obyek
  2. Spekulatif Artinya, hasil pemikiran yang didapat dan dijadikan dasar bagi pemikiran selanjutnya.
Ciri-ciri filsafat menurut Sunoto:
  1. Deskriptip
  2. Kritik atau analitik
  3. Evaluatif atau normativ
  4. Spekulatif dan sistematik
  5. Berfikir secara kefilsafatan dicirikan seara radikal. Radikal berasal dari kata Yunani radix yang berarti akal. Berfikir secara radikal adalah berfikir sampai ke akar-akarnya. Berfikir sampai ke hakekat, esensi atau sampai ke substansi yang dipikirkan.
  6. Berfikir secara kefilsafatan dicirikan secara universal (umum)
    Berfikir secara universal adalah berfikir tentang hal serta proses yang bersifat umum, dalam arti tidak memikirkan sesuatu yang parsial.
  7. Berfikir secara kefilsafatan dicirikan secara konseptual
  8. Berfikir kefilsafatan dicirikan secara koheren dan konsiste
  9. Berfikir secara kefilsafatan dicirikan secara sistematik
  10. Berfikir secara kefilsafatan dicirikan secara komprehensif
  11. Berfikir secara kefisafatan dicirikan secara bebas
  12. Berfikir secara kefilsafatan adalah pemikiran yang bertanggung jawab
Ciri-ciri persoalan filasafat menurut Made Pramono, S.S., M.Hum
  1. Bersifat sangat umum (tak bersangkutan dengan objek-objek khusus).
  2. Spekulatif, tak langsung menyangkut fakta (nonfaktawi).
  3. Bersangkutan dg nilai-nilai (kualitas abstrak yang ada pada suatu hal).
  4. Bersifat kritis terhadap konsep dan arti-arti yg biasanya diterima begitu saja oleh ilmu.
  5. Besifat sinoptik: mencakup struktur kenyataan secara keseluruhan.
  6. Bersifat implikatif: jawaban suatu persoalan memunculkan persoalan baru yang saling berhubungan.
  7. Bersifat teoritik: lebih pada tindak reflektif, non-praktis.
Ciri-ciri pemikiran filsafat menurut Made Pramono, S.S., M.Hum
  1. Bersifat radikal (sampai ke akar-akarnya, sampai pada hakikat/esensi).
  2. Sistematis (adanya hub. fungsional antara unsur-unsur untuk mencapai tujuan tertentu).
  3. Berpikir tentang hal/proses umum, universal, ide-ide besar, bukan tentang peristiwa tunggal.
  4. Konsisten/runtut (tak terdapat pertentangan di dalamnya) dan koheren (sesuai dengan kaidah-kaidah berpikir, logis).
  5. Secara bebas, tak cenderung prasangka, emosi.
  6. Kebebasan ini berdisiplin (berpegang pada prinsip-prinsip pemikiran logis serta tanggung jawab pada hati nurani sendiri).
  7. Berusaha memperolah pandangan komprehensif/menyeluruh.
Secara konseptual hasil generalisir (perumuman) dan abstraksi dari pengalaman tentang hal-hal serta proses-proses individual melampaui batas pengalaman hidup sehari-hari.   

Ligkup Kajian Filsafat
Lingkup kajian adalah sesuatu yang merupakan bahan dari suatu penelitian atau pembentukan pengetahuan. Lingkup kajian filsafat dapat dibedakan menjadi dua yaitu objek material filsafat dan objek formal filsafat.

3. Sejarah Perkembangan Filsafat

Perkembangan filsafat dapat dikelompokkan dalam beberapa periode sebagai berikut:
Zamam Yunani Klasik
Periode filsafat Yunani memegang peran krusial dalam sejarah peradaban manusia karena pada waktu itu terjadi perubahan besar dalam pola berpikir manusia  dari mitos–mitos kepada pemikiran–pemikiran rasional. Setelah abad ke 6 SM ketika filsafat tampil ke pentas dunia, mitos dan dongeng sekian lama diyakini sebagai yang menjelaskan gejala–gejala alam dan teka-teki relasi antar manusia, manusia dengan alam sekitar dan dengan alam gaib dianggap runtuh. Manusia yang dulunya pasif dan pasrah dalam menghadapi fenomena alam menjadi lebih akrif dan kreatif dan mau menguasai alam ini. Alam menjadi objek kuasa dan penelitian manusia.

a)    Zaman Pra Yunani Kuno
·         Mitologi dianggap sebagai dasar kuat untuk menjelaskan segala sesuatu dalam alam dan bahkan menjelaskan teka–teki alam semesta. Lewat cara ini manusia sudah mulai dilatih untuk mulai berpikir.
·         Kesusastraan Yunani; sebelum filsafat secara formal lahir sudah karya–karya besar HOMOREUS seperti Lliad dan Odysseas, dimana syair dalam karya–karya tersebut selalu digunakan sebagai buku-buku pendidikan untuk rakyat yunani.
·         Sudah ada ilmu pengetahuan di timur kuno. Terdapat banyak kebudayaan lain disekitar Yunani yang berperadapaban tinggi dimana sudah menemukan ilmu-ilmu pengetahuan tertentu seperti ilmu ukur dan ulmu hitung.

b)    Zaman Yunani Kuno
Pada zaman ini yunani tidak lagi dikuasai oleh mitos- mitos melainkan oleh Logos (rasio). Sikap ingin tahu dan menemukan hal hal yang baru. Sikap inilah yang menjadi dasar ilmu pengetahuan modern.
ü  Zaman Pra Socrates
Para tokoh Pra Sokrates ini dikenal sebagai filsuf alam. Ciri yang menonjol pada masa ini adalah pengamatan terhadap gejala kosmis dan fisis untuk mencari dan menemukan prinsip atau asas (arche) dari segala sesuatu.
Thales (640-550 SM) melihat air sebagai asas.
Aaximander (611-545 SM) menyebut to apeiron sesuatu yang tak terbatas
Phitagoras (580-500 SM) menyebut bilangan atau angka sebagai yang menjelaskan sesuatu
Heraklitus dan Parmenides (515 SM) mempersoalkan realitas yang stabil atau labil. Heraklitus memperkenalkan Panta rhei, bahwa segala sesuatu selalu bergerak dan berubah-ubah seperti air yang senantisa mengalir. Parmenides sebaliknya mengklaim bahwa realitas itu tetap dan berubah. 

Heraklitikus (540-475 SM) menyebut api sebagai asas dasar.
ü  Zaman Pasca Socrates
Zaman pasca socrates dapat dilihat sebagai zaman keemasan Yunani ketika dipimpin oleh Pericles. Filsafat berkembang dengan amat baik.
Protagoras mengatakan bahwa manusia adalah ukuran untuk segala sesuatu. Hal tersebut bertentangan dengan Sokrates yang lebih mengutamakan yang benar dan yang baik.
ü  Zaman Socrates atau Zama Para Sufi
Sokrates (460-370 SM) menerapkan metode filsafat dalam kehidupan sehari hari yang disebut dengan dialektika atau elenchus atau maieutika techne (kebidanan)
Plato (428-348 SM) Plato mengakui adanya dua kenyataan yang terpisah. Ada dunia riil dan ada juga dunia bayangan atau tidak riil.
Aristoteles (384-322 SM). Aristoteles membedakan sebab sebab pengetahuan manusia dan mengklaim bahwa setiap kejadian memiliki empat macam yaitu; sebab material (bersumber dari mana), Sebab formal (bentuk yang menyusun bahan), sebab efisien (sumber kejadian) dan sebab final (tujuan dari kejadian).

   Filsafat Abad Pertengahan (6-15 M)
Abad pertengahan ditandai dengan teosentrisme dan para pengemban utama adalah para teolog. Ilmu–ilmu atau filsafat dilihat sebagai pelayan agama dan terjadinya kemerosotan penemuan–penemuan pada bidang ilmu dan filsafat karena otoritas agama dalam Gereja yang terlalu besar dan otoriter.

Kelahiran Ilmu Pada Jaman Renaisans
Zaman renaisans ditandai oleh zaman kebangkitan dan kelahiran kembali perkembangan peradaban, seni, sastra pada masa lalu sekaligus zaman terbebasnya pikiran manusia dari pelbagai ajaran dogmatis agama. Kesadaran atas kuasa manusia atas alam semesta semakin mononjol dan kemajuan dunia tergantung pada usaha dan hasil kerja manusia sendiri. Beberapa penemu yang sangat berpengaruh dalam perkembangan teknologi adalah seperti Franncis Bacon menemukan kompas dan mesiu, N.Kopernikus yang mengatakan bahwa planet mengelilingi pusat matahari, Johanes Kepler mengatakan bahwa benda langit bergerak mengikuti lintasan elips, Galileo Galilei menemukan teropong bintang.

Zaman Modern
Pada zaman modern terdapat dua unsur penting yaitu berkurangnya kuasa Gereja dan menguatnya kuasa ilmu pengetahuan. Pengetahuan tidak mutlak berasal dari kitab suci atau dogma – dogma gereja, bukan juga dari kuasa – kuasa feodal melainkan dari diri manusia  sendiri. Pada zaman modern muncul beberapa aliran seperti Kritisisme yang dipeloppori oleh Kant, aliran Idealisme oleh Plato, Aliran Positivisme oleh August Comte dan aliran Marxisme oleh Karl Marx.

Zaman Kontemporer
Pada abad ini tugas filsafat bukanlah membuat pernyataan–pernyataan tentang sesuatu yang khusus tetapi memcahkan persoalan yang timbul akibat ketidaksepahaman terhadap bahasa logika. Tujuan filsafat ialah memberikan penjelasan logis terhadap pikiran dan ide-ide. Filsafat bukanlah doktrin melainkan aktivitas yaitu penjelasan atau logos. Dalam abad 20 muncul banyak aliran filsafat dan merupakan penerusan filsafat–filsafat abad modern.

Aliran – Aliran Filsafat
Terdapat banyak aliran dalam filsafat tetapi semuanya dapt dipulangkan kepada empat aliran pokok yaitu: naturalisme, idealisme, realisme dan pragmatisme, rasionalisme, empirisme, positivisme.

Naturalisme
Paham naturalisme menganggap alam sebagai satu-satunya hal yang nyata. Ajaran ini berasal dari Democritus, yang lahir kira-kira 460 SM. Ia menyatakan bahwa apabila atom-atom terkombinasi akan terbentuklah tubuh yang alami dan orang akan mati ketika atom-atom yang menyusun tubuhnya terpisah.
Paham naturalisme menolak setiap alasan yang mengklaim adanya alam gaib atau supranatural dan juga menolak wahyu sebagai wahana memperoleh kebenaran. Menurut paham ini alam fisik adalah pusat dari alam semesta. Manusia dikendalikan oleh alam dan tindakan manusia adalah hasil dari hukum alam dalam sistem sebab akibat.
Pandangan aliran naturalisme terhadap pendidikan dikemukakan oleh Rousseau yang menyatakan bahwa manusia harus di didik sesuai dengan hukum–hukum alam dan bahwa kebaikan alamiah dari manusia harus dipertahankan. Dan tujuan pendidikan menurut Rousseau adalah kehendak alam tanpa campur tangan dari pengaruh lainnya.
Menurut paham Naturalisme pendidikan harus merupakan alat bagi proses pertumbuhan fisik dan perkembangan metal, harus dijalani dengan gembira dan harus melibatkan aktifitas yang spontan dari si anak. Pendidikan jasmani dan pendidikan mental sangatlah penting.

Idealisme
Bagi filsafat idealisme pikiran dan penalaran (reason) adalah hal-hal penting dalam realita. Penganut paham ini merasa bahwa diatas dunia fisik terdapat dunia pikiran dan roh. Menurut kaum idealis manusia bukanlah ukuran bagi semua hal. Ada suatu sistem yang lebih besar diatas keberadaan manusia. Manusia hidup di bawah aspek hukum yang terdapat bukan pada aspek fisik tetapi pada moral dan spritual. Berbeda dengan hewan manusia mempunyai keyakinan dan ia mempunyai roh yang tidak hanya digerakkan oleh kehidupan duniawinya tetapi juga kehidupan spritualnya. Dalam alam spritualnya manusia menemui derajat diri yang lebih tinggi.

Realisme
Realisme adalah filsafat yang berkenaan dengan hal-hal yang ilmiah. Kaum realis sangat tergantung kepada peneliti ilmiah. Kebenaran harus dicari dengan jalan eksperimen. Tujuan realisme adalah utuk melihat hal sebagaimana adanya dan bagaimana manusia harus menyesuaikan diri dengan realita ini.

Pragmatisme
Paham pragmatisme mempertanyakan efektifnya suatu ide dalam praktek. Sesuatu ide disebut baik kalau hasilnya dalam praktek adalah baik, demikian pula sebaliknya. Bagi kaum pragmatisme kebenaraan ditafsirkan menurut keadaannya dalam praktek. Yang terpenting dalam pragmatisme adalah tindakan (action) kerena itu kaum pragmatis sangat menekankan sesuatu yang praktis, efisien dan memuaskan.
Pragmatisme adalah suatu bentuk dari empirisme karena ia berpendapat bahwa pengetahuan tentang alam didasarkan atas pengalaman dan percobaan (eksperimen) atau atas obserbasi dan innduksi. Ia menolak pencarian kebenaran melalui spekulasi ineliktualsitik, justru menurutnya kebenaran atau validitas dari suatu prinsip atau keyakinan bergantung kepada effeknya dalam  praktek.

Rasionalisme
Rasionalisme adalah ilmu yang berpandangan bahwa rasio adalah sumber dari segala  pengetahuan. Dengan demikian, kriteria kebenaran  berbasis pada  intelektualitas. Strategi pengembangan ilmu model rasionalisme, dengan demikian, adalah mengeksplorasi gagasan dengan kemampuan intelektual manusia.
Tokoh-tokoh rasionalisme diantaranya adalah Descartes, Leibniz dan Spinoza. Benih rasionalisme sebenarnya sudah ditanam sejak jaman Yunani kuno. Salah satu tokohnya, Socrates, mengajukan sebuah proposisi yang terkenal bahwa sebelum manusia memahami dunia ia harus memahami dirinya sendiri. Kunci untuk memahami dirinya itu adalah kekuatan rasio. Para pemikir rasionalisme berpandangan bahwa tugas dari para filosof diantaranya adalah membuang pikiran irasional dengan rasional.
Sumbangan rasionalisme tampak nyata dalam membangun ilmu pengetahuan modern yang didasarkan pada kekuatan pikiran atau rasio manusia. Hasil-hasil teknologi era industri dan era informasi tidak dapat dilepaskan dari andil rasionalisme untuk mendorong manusia menggunakan akal pikiran dalam mengembangkan ilmu pengetahuan untuk kesejahteraan manusia.

Empirisme
Empirisme adalah sebuah orientasi filsafat yang berhubungan dengan kemunculan ilmu pengetahuan modern dan metode ilmiah. Empirisme menekankan bahwa ilmu pengetahuan manusia bersifat terbatas pada apa yang dapat diamati dan diuji. Oleh karena itu, aliran empirisme memiliki sifat kritis terhadap abstraksi dan spekulasi dalam membangun dan memperoleh ilmu. Strategi utama pemerolehan ilmu, dengan demikian, dilakukan dengan penerapan metode ilmiah. Para ilmuwan berkebangsaan Inggris seperti John Locke, George Berkeley dan David Hume adalah pendiri utama tradisi empirisme.
Sumbangan utama dari aliran empirisme adalah lahirnya ilmu pengetahuan modern dan penerapan metode ilmiah untuk membangun pengetahuan. Selain itu, tradisi empirisme adalah fundamen yang mengawali mata rantai evolusi ilmu pengetahuan sosial, terutama dalam konteks perdebatan apakah ilmu pengtahuan sosial itu berbeda dengan ilmu alam. Sejak saat itu, empirisme menempati tempat yang terhormat dalam metodologi ilmu pengetahuan sosial. Acapkali empirisme diparalelkan dengan tradisi positivism. Namun demikian keduanya mewakili pemikiran filsafat ilmu yang berbeda.



Positivisme
Positivisme adalah doktrin filosofi dan ilmu pengetahuan sosial yang menempatkan peran sentral pengalaman dan bukti empiris sebagai basis dari ilmu pengetahuan dan penelitian. Terminologi positivisme dikenalkan oleh Auguste Comte untuk menolak doktrin nilai subyektif, digantikan oleh fakta yang bisa diamati serta penerapan metode ini untuk membangun ilmu pengetahuan yang diabdikan untuk memperbaiki kehidupan manusia.
Tokoh-tokoh yang paling berpengaruh dalam mengembangkan tradisi positivisme adalah Thomas Kuhn, Paul K. Fyerabend, W.V.O. Quine, and filosof lainnya.

Ø  FILSAFAT ILMU
Pengertian-pengertian tentang filsafat ilmu, telah banyak dijumpai dalam berbagai buku maupun karangan ilmiah. Filsafat ilmu adalah segenap pemikiran reflektif terhadap persoalan-persoalan mengenai segala hal yang menyangkut landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala segi dari kehidupan manusia. Filsafat ilmu merupakan suatu bidang pengetahuan integrative yang eksistensi dan pemekarannya bergantung pada hubungan timbal-balik dan saling-pengaruh antara filsafat dan ilmu. ilmu merupakan kumpulan pengetahuan yang di susun secara sistematis,  dengan menggunakan metode-metode tertentu.
Filsafat ilmu merupakan penerusan pengembangan filsafat pengetahuan. Objek dari filsafat ilmu adalah ilmu pengetahuan. Oleh karena itu setiap saat ilmu itu berubah mengikuti perkembangan zaman dan keadaan. Pengetahuan lama menjadi pijakan untuk mencari pengetahuan baru.

Untuk memahami arti dan makna filsafat ilmu, di bawah ini dikemukakan pengertian filsafat ilmu dari beberapa ahli yang terangkum dalam  sejumlah literatur kajian Filsafat Ilmu.

·         Robert Ackerman “philosophy of science in one aspect as a critique of current scientific opinions by comparison to proven past views, but such aphilosophy of science is clearly not a discipline autonomous of actual scientific paractice”. (Filsafat ilmu dalam suatu segi adalah suatu tinjauan kritis tentang pendapat-pendapat ilmiah dewasa ini dengan perbandingan terhadap kriteria-kriteria yang dikembangkan dari pendapat-pendapat demikian itu, tetapi filsafat ilmu jelas bukan suatu kemandirian cabang ilmu dari praktek ilmiah secara aktual.
·         Lewis White Beck “Philosophy of science questions and evaluates the methods of scientific thinking and tries to determine the value and significance of scientific enterprise as a whole. (Filsafat ilmu membahas dan mengevaluasi metode-metode pemikiran ilmiah serta mencoba menemukan dan pentingnya upaya ilmiah sebagai suatu keseluruhan)
·         Cornelius Benjamin “That philosopic disipline which is the systematic study of the nature of science, especially of its methods, its concepts and presuppositions, and its place in the general scheme of intellectual discipines. (Cabang pengetahuan filsafati yang merupakan telaah sistematis mengenai ilmu, khususnya metode-metodenya, konsep-konsepnya dan praanggapan-praanggapan, serta letaknya dalam kerangka umum cabang-cabang pengetahuan intelektual.)
·         Michael V. Berry “The study of the inner logic if scientific theories, and the relations between experiment and theory, i.e. of scientific methods”. (Penelaahan tentang logika interen dari teori-teori ilmiah dan hubungan-hubungan antara percobaan dan teori, yakni tentang metode ilmiah.)

Filsafat ilmu merupakan telaah kefilsafatan yang ingin menjawab pertanyaan mengenai hakikat ilmu, yang ditinjau dari segi ontologis, epistemelogis maupun aksiologisnya. dengan kata lain filasafat ilmu merupakan bagian dari epistemologi (filsafat pengetahuan), ontologis (hakekat dari kenyataan) dan aksiologi (nilai atau sesuatu yang berharga) yang secara spesifik mengkaji tentang hakikat ilmu.
Secara umum ontologi apa yang dikaji pengetahuan itu? Objek apa yang ditelaah ilmu? Bagaimana ujud yang hakiki dari objek tersebut? Bagaimana hubungan antara objek dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir, merasa, dan mengindera) yang membuahkan pengetahuan?.
Pokok bahasan Epistemologi adalah Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu? Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar kita mendapat pengetahuan yang benar? Apa yang disebut kebenaran itu sendiri? Apakah kriterianya? Cara, teknik, sarana apa yang membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu? Dan bagaimana cara mendapatkan pengetahuan tersebut?
Sedangkan Aksiologi membahas Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah kaidah moral? Bagaimana penentuan objek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral? Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral/ profesionalisasi?
Dengan mengetahui hal tersebut diatas mudah untuk membedakan berbagai jenis ilmu pengetahuan yang terdapat dalam khasanah kehidupan manusia.
Filsafat ilmu berusaha untuk dapat menjelaskan masalah-masalah seperti: apa dan bagaimana suatu konsep dan pernyataan dapat disebut sebagai ilmiah, bagaimana konsep tersebut dilahirkan, bagaimana ilmu dapat menjelaskan, memperkirakan serta memanfaatkan alam melalui teknologi; cara menentukan validitas dari sebuah informasi; formulasi dan penggunaan metode ilmiah; macam-macam penalaran yang dapat digunakan untuk mendapatkan kesimpulan; serta implikasi metode dan model ilmiah terhadap masyarakat dan terhadap ilmu pengetahuan itu sendiri.

Filsafat ilmu merupakan paparan dugaan dan kecendrungan yang tidak terlepas dari para ilmua yang menelitinya, filsafat ilmu juga dapat dimaknai dengan sebagai suatu disiplin, konsep dan teori tentang ilmu yang sudah dianalisis serta di klasifikasikan. Ada beberapa inti dari tujuan mempelajari filsafat ilmu, antara lain :
·         Mencari ­kebenaran
·         Mencari fakta
·         Berfikir secara logika, dan
·         Mengkonfirmasi atas apa yg diperoleh dari indra.

Selain itu juga terdapat ciri dan cara kerja dari filsafat ilmu itu sendiri yaitu;
·         Mengkaji dan menganalisis konsep-konsep, asumsi dan metode ilmiah
·         Mengkaji keterkaitan ilmu yang satu dengan ilmu yang lain
·         Mengkaji persamaan ilmu yang satu dengan ilmu yang lain, tanpa mengabaikan persamaan

kedudukan masing-masing ilmu
·         Mengkaji cara perbedaan satu ilmu dengan ilmu yang lain
·         Menkaji dan menganalisis konseptual dan bahasa yang digunakannya
·         Menyelidiki berbagai dampak ilmiah terhadap
·         Cara pandang manusia
·         Hakikat manusia
·         Nilai-nilai yang dianut manusia
·         Tempat tinggal manusia
·         Sumber-sumber pengetahuan dan hakikatnya
·         Logika dan matematika
·         Logika dan matematika dengan realitas yang ada


Ada beberapa fungsi dari filsafat ilmu yang dapat diambil
·         alat untuk menelusuri kebenaran segala hal-hal yang dapat disaksikan degan panca indra     dan dapat diterangkan serta dinilai secara ilmiah
·         memberikan pengertian tentang cara hidup dan pandangan hidup
·         panduan tentang ajaran moral dan etika
·         sumber ilham dan panduan untuk menjalani berbagai aspek kehidupan
·         sarana untuk mempertahankan, mendukung, menyerang atau juga tidak memihak terhadap pandangan filsafat lainnya
dengan demikian filsafat ilmu merupakan telaah kefilsafatan yang ingin menjawab pertanyaanmengenai hakikat ilmu. Dengan demikian filsafat ilmu sangatlah penting keberadaannya bagi pengembangan ilmu pengetahuan, karena filsafat adalah pioner bagi ilmu-ilmu lainnya.

Ø  FILSAFAT OLAHRAGA
Dalam garis besarnya, filsafat olahraga merupakan suatu studi yang mendalam tentang hakekat olahraga dan peran yang dimainkan dalam budaya. Dalam mencari tahu tentang hakekat olahraga, filsafat olahraga mencoba melakukan studi yang mendalam tentang konsep-konsep olahraga yang ada melalui berpikir kritis dan bebas.

           Defenisi Filsafat Olahraga
Filsafat olahraga dapat didefenisikan sebagai suatu bidang kajian yang berusaha untuk memahami hakikat, mempersolakan suatu isu secara kritis, guna memperoleh pengetahuan yang paling hakiki dalam bidang keolaharagaan.

Menerapkan filsafat dalam olahraga berarti menggunakan metode filsafat dalam mendiskusikan masalah-masalah olahraga dengan cara:

a.  Menganalisis suatu masalah dalam hal apa yang dijadikan sebagai dasar ontologisnya.
b.  Memeriksa masalah tersebut dengan melihat argumen dari pihak yang mendukung dan menyangkalnya.
c.   Membandingkan tujuan dari olahraga secara mendalam. Hal ini berkaitan dengan upaya untuk menemukan nilai-nilai dalam kehidupan atau budaya.
d.  Untuk menemukan apa yang perlu kita ketahui tentang olahraga dan perlu mempelajari apa yang sebenarnya kita ketahui tentang olahraga, Dalam budaya terdapat banyak kepercayaan tentang olahraga, perlu juga dibuktikan mana yang merupakan mitos dan mana yang kenbenarannya dapat dibuktikan.
e.   Kajian filosofis terhadap olahraga dilakukan untuk menghasilkan pedoman praktis untuk berirtindak. Dari hasil kajian yang mendalam mungkin kita dapat menemukan pedoman olahraga untuk masa depan.
f.     Untuk menghasilkan pemahaman yang lebih mendalam tentang olahraga. Banyak kajian olahraga yang bersifat dangkal. Dan yang diharapkan adalah suatu pemahaman yang lebih mendalam sehingga dapat diketahui nilai-nilai yang terdapat dalam kegiatan olahraga untuk meningkatkan taraf hidup. Dengan perkataan lain apakah makna olahraga dalam kehidupan?
Ø Filsafat hukum
          Filsafat hukum adalah cabang filsafat yang membicarakan apa hakekat hukum itu, apa tujuannya, mengapa dia ada dan mengapa orang harus tunduk kepada hukum. Disamping menjawab pertanyaan masalah-masalah umum abstrak tersebut, filsafat hukum juga membahas soal-soal kongkret mengenai hubungan antara hukum dan moral (etika) dan masalah keabsahan berbagai macam lembaga hukum.
Kajian tentang filsafat hukum merupakan studi yang sifatnya mendasar dan komprehensif dalam ilmu hukum. Hal ini karena filsafat hukum merupakan landasan bagi hukum positif yang berlaku di suatu negara, demikian halnya dalam pengaturan HAM. Landasan filsafat negara sangat menentukan bagaimana pola pengaturan HAM di negara yang bersangkutan, apakah negara itu berpaham liberalis, sosialis maupun Pancasialis. Pancasila sebagai philosophische gronslag bangsa Indonesia merupakan dasar dari filsafat hukum Pancasila yang selanjutnya menjadi dasar dari hukum dan praktek hukum di Indonesia. perenungan dan perumusan nilai-nilai filsafat hukum juga mencakup penyerasian nilai-nilai, misalnya penyerasian antara ketertiban dengan ketentraman, antara kebendaan dengan keakhlakan, dan antara kelanggengan dengan konservatisme dengan pembaharuan (purnadi purbacaraka&soerjono soekanto 1979:11).

Dapat judga dikatakan bahwa filsafat hukum adalah cabang filsafat yang membicarakan apa hakekat hukum itu, apa tujuannya, mengapa dia ada dan mengapa orang harus tunduk kepada hukum. Disamping menjawab pertanyaan masalah-masalah umum abstrak tersebut, filsafat hukum juga membahas soal-soal kongkret mengenai hubungan antara hukum dan moral (etika) dan masalah keabsahan berbagai macam lembaga hukum. Kajian tentang filsafat hukum merupakan studi yang sifatnya mendasar dan komprehensif dalam ilmu hukum. Hal ini karena filsafat hukum merupakan landasan bagi hukum positif yang berlaku di suatu negara, demikian halnya dalam pengaturan HAM.

Ø  FILSAFAT PENDIDIKAN

Seacara umum pengertian filsafat pendidikan bisa diartikan salah satu cabang filsafat yang ruang lingkupnya terfokus dalam bidang pendidikan.

Berikut ini, beberapa pengertian filsafat pendidikan menurut para ahli:
  • Muhammad Labib al-Najihi: Filsafat pendidikan adalah suatu aktivitas yang teratur yang menjadikan filsafat itu sebagai jalan mengatur, menyelaraskan dan memadukan proses pendidikan.
  • Kilpatrik dalam Buku Philosophy of Education menyebutkan "Philisophizing and education are, then, but two stages of the same endeavo; Philisophizing to think out better values and idealism, education to realize these in life, in human personality. Education acting out of the best direction philosophizing in can give, tries and beginning primarly wit h the young, t o lead people to build critrised values to their characters, and in this way to get the highest ideals of philosophy progressively embodied in their lives." Berfilsafat dan mendidik adalah dua fase dalam satu usaha. Berfilsafat adalah memikirkan dan mempert imbangkan nilai-nilai dan cita-cita yang lebih baik, sedangkan mendidik ialah usaha merealisasi nilai-nilai dan cita-cita itu didalam kehidupan dan dalam kepribadian manusia. Mendidik ialah mewujudkan nilai-nilai yang disumbangkan filsafat, dimulai dengan generasi muda, untuk membimbing rakyat membina nilai-nilai di dalam kepribadian mereka, dan melembagakannya dalam kehidupan mereka.
  • John Dewey memandang pendidikan sebagai suatu proses pembentukan kemampuan dasar yang fundamental, baik menyangkut daya pikir (intelektual) maupun daya perasaan (emotional) menuju kearah tabi’at manusia, maka filsafat juga dapat diartikan sebagai teori umum pendidikan (Democracy and Educat ion, p. 383)
  • Prof. Brameld berkata tentang pengertian filsafat pendidikan : That is, we should bring philosophy to bear upon the problems of education as effiently…Kita harus membawa filsafat guna mengatasi persoalan-persoalan pendidikan secara efisien, jelas, dan sistematis sedapat mungkin…);
  • Van Cleve Morris menyatakan : “Secara ringkas kita mengatakan bahwa pendidikan adalah studi filosofis, karena ia pada dasarnya, bukan alat social semata untuk mengalihkan cara hidup secara menyeluruh kepada setiap generasi, akan tetapi ia juga menjadi agen (lembaga) yang melayani hati nurani masyarakat dalam perjuangan mencapai hari depan lebih baik (Van Cleve Morris, Becamingan Education, p.57 dalam buku Filsafat Pendidikan Islam, Prof HM. Arifin, Med, p. 3)

Aliran filsafat pendidikan:
  1. Filsafat pendidikan progresivisme yang didukung oleh filsafat pragmatisme.
  2. Filsafat pendidikan esensialisme yang didukung oleh idealisme dan realisme; dan
  3. Filsafat pendidikan perenialisme yang didukung oleh idealisme.

Obyek Kajian Filsafat Pendidikan

Dalam rangka menggali, menyusun, dan mengembangkan pemikiran kefilsafatan tentang pendidikan terutama pendidikan Islam, maka perlu diikuti pola dan pemikiran kefilsafatan pada umumnya.

Adapun pola dan sistem pemikiran kefilsafatan sebagai suatu ilmu adalah:
  • Pemikiran kefilsafatan harus bersifat sistematis, dalam arti cara berfikirnya bersifat logika dan rasional tentang hakikat permasalahan yang dihadapi. Hasil pemikirannya tersusun secara sistematis artinya satu bagian dengan bagian lainnya saling berhubungan.
  • Tinjauan terhadap permasalahan yang dipikirkan bersifat radikal artinya menyangkut persoalan yang mendasar sampai keakar-akarnya.
  • Ruang lingkup pemikirannya bersifat universal, artinya persoalan-persoalan yang dipikirkan mencakup hal-hal yang menyeluruh dan mengandung generalisasi bagi semua jenis dan tingkat kenyataan yang ada di alam ini, termasuk kehidupan umat manusia, baik pada masa sekarang maupun masa mendatang.
  • Meskipun pemikiran yang dilakukan lebih bersifat spekulatif, artinya pemikiran-pemikiran yang tidak didasari dengan pembuktian-pembuktian empiris atau eksperimental (seperti dalam ilmu alam), akan tetapi mengandung nilai-nilai obyektif. Dimaksud dengan nilai obyektif oleh permasalahannya adalah suatu realitas (kenyataan) yang ada pada obyek yang dipikirkannya.





TUGAS 1 FILSAFAT OLAHRAGA
DOSEN PEMBIMBING:





NAMA:
                                                 NIM     :


JURUSAN
PROGRAM STUDI
UNIVERSITAS NEGRI PADANG




0 comments:

Post a Comment

Template by:

Free Blog Templates